5 Tanda Produktivitas yang Toksik, Kenali Bahayanya bagi Kesehatan Mental
Ilustrasi produktivitas toksik (Unsplash/Kevin Bhagat)

Bagikan:

PALEMBANG - Produktif tak melulu baik, namun juga bisa menjadi hal yang negatif. Produktivitas beracun atau keadaan produktif yang dicapai karena melebihi kapasitas waktu serta kemampuan bukan hal baru. Tetapi menurut dua sumber referensi, istilah ini terangkat ketika pandemi.

Situasi pandemi dan menjalani maupun  bekerja dari rumah  membuat yang mengalaminya memiliki batasan yang kabur. Sisi manusiawi untuk tergerak dan sisi manusiawi lainnya yang memiliki keterbatasan bertubrukan sehingga efeknya buruk bagi kesehatan mental .

Dilansir  Huffpost , Senin, 13 September, produktivitas toksik dipakai untuk menyebut orang-orang yang gila kerja. Namun situasi nyata saat ini membuat istilah tersebut dikenakan untuk seseorang yang bekerja melebihi kemampuan langit-langitnya.

Menurut sejumlah ahli, berikut tanda-tanda seseorang punya keinginan besar menjadi produktif tetapi toksik bagi kesehatan mentalnya.

1. Merasa gagal jika tidak produktif

Pemahaman mengenai produktif dalam bidang bisnis salah satunya adalah berhenti bekerja saat selesainya pekerjaan. Namun tidak bagi seseorang yang memiliki keinginan besar menjadi produktif.

* Menurut paparan Simon Milasas, pelatih Bisnis Dan Penulis  Joy of Business , produktivitas Beracun can membut kitd merasa Gagal JIKA kitd TIDAK Terus-menerus menyelesaikan telkom melebihi  jobdesk -nya.

2. Nilai diri berdasarkan apa yang belum dilakukan

Ini mengapa hal penting dengan menggambar peta. Jika mengukur diri berdasarkan apa yang belum dilakukan, seseorang bisa melesat tanpa luput dari apa yang sudah dicapai.

3. Merasa bersalah jika menikmati waktu santai

Pola produktif, menurut Kathryn Esquer –seorang psikolog dan pendiri Teletherapist Network- menikmati waktu santai tanpa merasa bersalah jarang dialami oleh seseorang dengan  toxic produktifitas .

4. Suka tanpa diri

sesuai porsi atau tugas dan menikmati waktu istirahat secara optimal lebih sehat secara mental daripada terus-menerus mencoba segala sesuatu yang tidak ada menjadi tugas Anda. Ini merupakan produktivitas, menurut Milasas.

5. Kelelahan yang tidak biasa

Setiap orang yang bekerja tentu merasakan lelah. Tetapi menurut Milasas, kelelahan yang dirasa tidak normal tidak bisa menjadi tanda Anda mengalami produktivitas produksi.

Ini dirasakan ketika sebangun tidur pada pagi hari, Anda merasa lelah. Sebelumnya, mungkin Anda rapat via  Zoom  dan mengejakan tugas lainnya di meja kerja. Tanda lainnya, menggunakan banyak jargon sehingga waktu lebih lama karena khawatir rapat terlalu singkat.

Menurut Milasas, yang lucu dari produktivitas bukan lahir dari manajemen resmi di tempat kerja tetapi di dalam kepala kita karena punya keinginan-keinginan, misalnya lebih, lebih unggul, lebih berprestasi.

Seorang psikolog klinis di  Trauma and Beyond Psychological Center , Dr. Joanne Barron, mengatakan bahwa produktivitas toksik membudaya ketika seluruh pencapaian dinilai berdasarkan apa yang telah dilakukan dan pendekatan nilai intrinsik sebagai manusia.

Mengutip ucapan Barron dilansir  Gray Journal,  identitas seseorang dengan produktivitas toksik dibesarkan oleh budaya yang dibuktikan dengan pengakuan, prestasi, dan bukan capaian yang terencana.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel .