Jenis Pujian yang Bisa Merugikan Anak-anak, Tidak Boleh Sembarangan! Orang Tua Harus Paham dan Jeli
Ilustrasi orang tua bermain dengan anak (Mart Production/Pexels)

Bagikan:

PALEMBANG- Pujian dari orang tua diperlukan anak untuk membangun rasa percaya diri. Orang tua sering memberikan pujian manis pada anak seperti, “kamu hebat”, atau “papa-mama bangga sekali sama kamu.” Kalimat-kalimat tersebut bisa dengan sangat mudah Anda ucapkan. Sepintas, tidak tampak ada yang salah dengan kalimat tersebut. Akan tetapi, ternyata ada alasan mengapa Anda sebaiknya tidak mudah mengucapkan itu terus menerus di depan si kecil.

Memicu Stres Anak

Niat hati ingin memuji atau memotivasi, pujian yang mengatakan bahwa anak Anda pintar justru akan menimbulkan masalah. Lingkungan kita secara tidak langsung menempatkan anak-anak untuk menjadi yang terbaik. Mereka punya beban untuk memiliki nilai yang sempurna, cerdas, berprestasi, mendapat peringkat, atau berada di kelas unggulan.

Melansir dari Scientific American, 20 Desember, sering kali orang tua memberi tekanan tambahan dengan selalu menanyakan berapa nilai yang didapat anak-anak dan selalu mendorong mereka untuk jadi yang terbaik. Anak-anak dapat berpikir bahwa mereka harus terus memenuhi pujian ‘kamu pintar’ dan menyenangkan orang tuanya. Ini dapat membuat mereka stres karena mereka takut tidak mendapat pujian tersebut bila melakukan kesalahan. Stres meningkat ketika anak-anak terus dipuji karena kecerdasan mereka.

Lebih Tidak ‘Tahan Banting’

Carol S. Dweck, Ph.D., pengajar psikologi di Universitas Stanford, AS, bersama rekan-rekannya meneliti ratusan siswa SD di New York. Peserta penelitian dibagi ke dalam dua kelompok, yakni mereka yang dipuji karena kecerdasan mereka dan mereka yang dipuji atas upayanya. Hasilnya menunjukkan bahwa memuji kecerdasan anak-anak akan cenderung membuat mereka kurang tahan banting dalam menghadapi tantangan.

Pasalnya, anak-anak yang terbiasa dengan pujian cerdas akan merasa bahwa mereka adalah yang terbaik dan tidak mungkin ada yang mengalahkan. Penelitian ini juga lebih lanjut memberikan tes yang sebetulnya dirancang untuk siswa kelas 8 pada para peserta. Hasilnya adalah para siswa yang dipuji atas upaya mereka, mereka bekerja sangat keras sekalipun melakukan banyak kesalahan.

Anak-anak yang dipuji karena kecerdasannya menjadi berkecil hati dan melihat kesalahan mereka sebagai tanda kegagalan. Tes kecerdasan anak-anak yang dipuji atas kecerdasannya menurun 20 persen. Sebaliknya, anak-anak yang dipuji atas upayanya meningkat 30 persen.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.