6 Cara Melatih Anak Memiliki Sikap Mampu Mengontrol Diri, Bunda Perlu Bersabar
Ilustrasi mengajarkan cara mengontrol diri pada anak (iStockphoto)

Bagikan:

PALEMBANG- Kontrol diri adalah sikap yang tidak mudah dimiliki oleh seseorang. Akan lebih bagus ketika sikap kontrol diri diajarkan kepada anak sejak mereka berusia dua tahun. Ketika mereka mulai diajarkan cara bersosial dan bertemu dengan banyak orang atau mengunjungi fasilitas publik, Anda bisa mengajarkan pengendalian diri.

Tentu membuat orang tua mengeluarkan banyak keringat ketika menangis kencang di tempat-tempat yang melelahkan. Orang tua juga kerap mengorbankan uang bulanan untuk membujuk anak diam dengan jajan. Tetapi selain itu cara memberikan 'reward', orang tua perlu melatih keterampilan dalam mengelola emosi. Caranya? Berikut dilansir laman  Kids Health Organization , Sabtu, 11 Juni.

1. Perlu memberi contoh yang tepat

Banyak literatur mengatakan bahwa anak-anak adalah peniru yang baik. Sedangkan orang tua adalah teladan bagi putra-putrinya. Oleh karena itu, orang tua memberikan permainan secara tepat pengendalian emosi. Mudahnya, orang tua juga perlu mengendalikan emosinya di depan anak-anaknya.

2. Mengalihkan perhatian anak sesuai usianya

Ketika anak-anak hendak melampiaskan emosi, baik dengan membanting mainan, merusak barang di rumah, atau pun mencoba menggambarkan perhatiannya secara tepat. Bila anak-anak berusia di atas 2 tahun, beri mereka mainan atau aktivitas lainnya. Berikan pula jeda untuk menunjukkan konsekuensi dari ledakan ledakan. Ajarkan bahwa lebih baik meluangkan waktu sendiri daripada membuat ulah.

3. Memberi pujian pada anak ketika berhasil mengendalikan diri

Pujian merupakan apresiasi. Pujian juga merupakan cara memberi tahu anak-anak mana yang tepat atau tidak boleh dilakukan. Perhatikan secara cermat, Anda perlu memberikan pujian pada saat yang tepat. Terlalu sering memberikan pujian juga akan membuat apresiasi jadi bermakna dan diingat sebagai sebuah pembelajaran.

4. Kenalkan dengan konsekuensi dari tindakannya

Saat anak-anak masuk sekolah atau berusia antara 6-9 tahun, mereka lebih mampu memahami gagasan konsekuensi ketika berperilaku baik atau buruk. Ini perlu terbuka agar mereka tahu kapan harus berhenti dan harus mematuhi aturan. Sebelum merespons sebuah situasi, mereka perlu waktu merekam diri. Berilah mereka jeda kemudian ajaklah bicara mengenai konsekuensi yang akan terjadi ketika melakukan hal-hal yang merugikan.

5. Ajak berdiskusi tentang akar masalah

Setiap tindakan punya latar belakang tertentu. Buat anak-anak yang lebih besar, sekitar usia 10-12 tahun, mereka sudah mengenal betul tentang pemikiran dan perasaan. Oleh karena itu, mereka lebih bisa diajak menganalisis tentang akar sebuah masalah dan pemicu sikap tak terkontrol. Sebelum ngobrol, beri mereka waktu untuk merenungkan atau merefleksikan situasi yang membuat mereka marah atau merespons situasi dengan rasa marah. Kemudian, pujilah mereka saat menggunakan keterampilan pengendalian diri.

6. Orang tua perlu bersikap tegas

Bersikap tegas bukan dengan memarahi, memukul, membentak, atau bahkan mendiamkan anak-anak. Bersikap tegas berarti mendisiplinkan dengan mengakui hak mereka sebagai manusia. Artinya, cobalah untuk berbincang secara jujur. Jelaskan bahwa tindakan yang tak terkontrol bisa berefek jangka panjang, yang tak hanya merugikan dirinya sendiri tetapi juga orang di sekitarnya.

Itulah keenam cara mengajarkan anak untuk mengontrol diri. Orang tua juga perlu bekerja sama dalam mendidik anak, baik dengan guru di sekolah maupun orang serumah.

Ikuti terus berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel . Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap untuk Anda.