PALEMBANG - Sistem tumpang sari tanaman lada dengan kelapa sawit dikembangkan oleh Pemprov Kepulauan Bangka Belitung untuk mendongkrak produksi dan kesejahteraan petani di daerah.
"Tahap awal, lada dengan sawit sistem tumpang sari ini akan dikembangkan di empat desa Kabupaten Bangka Selatan," kata Gubernur Kepulauan Babel Erzaldi Rosman Djohan di Pangkalpinang, Senin.
Ia menjelaskan empat desa yang dijadikan kawasan pengembangan tanaman lada putih dengan kelapa sawit ini yaitu Desa Nyelanding, Delas, Bedengung dan Desa Bencah, sebagai langkah pemerintah provinsi dalam meningkatkan ekspor komoditas tersebut dan perekonomian warga desa itu.
"Saat ini puluhan ribu bibit lada dan sawit sudah ada dan siap disalurkan kepada para kelompok tani di empat desa tersebut," ujarnya.
Komoditas Ekspor di Bangka Belitung
Menurut dia pengembangan dua komoditas ekspor sistem tumpang sari sangat menguntungkan petani. Selama empat tahun pertama akan dilakukan tiga kali panen lada, kemudian di tahun kelima disusul dengan panen sawit.
"Alhamdulillah, animo petani sangat tinggi dan mereka sangat menyambut baik pengembangan komoditas dengan teknik tumpang sari ini," katanya.
BACA JUGA:
Ekspor Lada dan Sawit di Bangka Belitung Tingkatkan Perekonomian Masyarakat
Ia optimis dengan pengembangan tanaman komoditas ekspor ini, perekonomian masyarakat Babel akan semakin baik dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19 ini.
"Saya berpesan khusus agar petani selalu bersyukur dengan kondisi perekonomian Babel yang mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari tingginya harga sawit yang diakui oleh petani berada pada kisaran lebih dari Rp3.000 per kilogram," katanya.
Ikuti berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel. Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap lainnya.