5 Cara Mendukung Anak Menghadapi Pengalaman Sulit, Orang Tua Wajib Paham
Ilustrasi cara mendukung anak melewati tantangan dan masa sulit (iStockphoto)

Bagikan:

PALEMBANG- Punya hubungan dan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua adalah salah satu tanda keluarga yang berkualitas. Namun faktanya banyak anak yang sulit terbuka pada orang tuanya mengenai kondisi yang dialami. Misalnya, ketika mereka memasuki lingkungan baru, ini tentu membutuhkan ketangguhan mereka dalam beradaptasi dengan teman-teman baru. Alih-alih mendukung mereka agar tidak belajar dari pengalaman negatif, lebih baik mendukung mereka mendapatkan informasi dan strategi mengatasi tantangan.

Menurut Rebecca Roland, Ed.D., dosen di Harvard Graduate School of Education dan spesialis di Neurology Department of Boston Children's Hospital, terdapat lebih dari 20 tahun penelitian yang membuktikan bahwa kenangan masa lalu berkaitan dengan anak belajar menjadi welas asih dan reflektif. Yang mendukung capaian tersebut adalah ibu yang ditemukan. Bagaimana caranya? Berikut, Roland memaparkan daftarnya.

1. membantu melabeli perasaan

Melansir  Psychology Today,  Jumat, 22 Juli, sedih, marah, takut merupakan label yang dipakai untuk menyebut perasaan. Dengan bertanya atau membicarakan tentang perasaan, terutama yang negatif, orang tua dapat membantu anak-anak mengarungi kerumitan peristiwa dan memahami strategi koping mereka sendiri.

2. Tidak mengecilkan perasaan anak-anak

Penting bagi orang tua dan anak-anak berbicara tentang perasaan masing-masing. Bahkan perlu juga sesekali mengajak anak untuk mengetahui emosi orang lain. Misalnya, ‘Saya cemas’ atau ‘Apakah kamu merasa gugup?’. Selain itu, orang tua perlu mengelaborasi dengan emosi anak-anak, misalnya ‘Apakah kamu lebih cemas, atau lebih malu?’. Dengan begitu, orang tua bisa mengkonfirmasi apa yang Anda anggap sebagai emosi mereka.

3. Berikan penjelasan untuk perasaan

Ini perihal sebab akibat atau kausalitas, yaitu peristiwa apa yang bisa menjelaskan perasaan yang dialami anak. Misalnya, ‘Kamu marah karena ayah mengambil mainanmu’ atau ‘Aku sedih karena kita harus pindah’.

4. Pakai detail spesifik dan sensorik yang kaya

Menggunakan detail spesifik, membantu anak-anak untuk menyusun bahasa tepat ketika ia mengalami emosi tertentu. Contohnya, ‘Kursi dokter gigi itu dingin, saya takut’, atau ‘Angin di lapangan pertandingan bertiup kencang, membuat aku merasa dingin dan gugup’.

5. Mengkonfirmasi bagaimana perasaan anak-anak

Dengan mengkonfirmasi, artinya orang tua menerima serta memahami emosi anak yang dipicu situasi tertentu yang menantang. Tentu bagi mereka itu tak mudah, oleh karena itu mengkonfirmasi atas perasaannya merupakan bentuk dukungan untuk mendapatkan strategi melewati tantangan dan kebijaksanaan.

Pesan Rebecca, setelah berbicara tentang pengalaman sulit yang dialami anak-anak, orang tua bisa bertanya tentang ‘bagaimana kamu menunjukkan kekuatanmu?’ atau ‘apa yang ingin kamu coba lain kali’ supaya tetap optimis dan fokus melewati tantangan apapun.

Ikuti terus berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel . Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap untuk Anda.