PALEMBANG - Setiap orang tua memiliki metode pengasuhan anak yang berbeda tergantung prinsip dan pengetahuan masing-masing. Orang tua bahkan bisa sampai berkali-kali mengubah metode pengasuhannya. Dari sekian banyak metode, ada satu pendekatan pengasuhan yang akhir-akhir ini sedang diperbincangkan, yaitu peaceful parenting, yang mengedepankan cara-cara lembut dan penuh kesadaran.
Pengasuhan ini juga menitikberatkan solusi kooperatif dan mengajak anak berempati dalam menyadari kesalahannya dibandingkan menghukum. Sehingga, anak lebih bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
BACA JUGA:
Lalu, bagaimana tips transformasi ke gaya pengasuhan ini? Berikut 5 tips transisi menuju peaceful parenting dari Laura Markham, Ph.D., penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting sebagaimana dilansir dari Parenting dan Psychologytoday, Jumat, 15 Oktober.
Berdamai dengan Diri Sendiri
Tingkah Anak kadang tak bisa diprediksi. Saat ia berbuat kesal, alih-alih meresponnya dengan kemarahan, cobalah untuk stop berbicara, tarik nafas, dan hentikan aktivitas yang Anda lakukan sesaat. Ini bertujuan untuk mengendalikan emosi Anda.
Fokus pada Interkoneksi
Punya ikatan yang kuat antara anak dan orangtua bisa membantu memperbaiki situasi yang runyam. Tanpa ikatan, Anda selalu merasa teruji emosi dan anak tak termotivasi untuk memperbaiki kelakuan.
Jelaskan Apa yang Terjadi
Saat anak sudah tenang, jelaskan alasan Anda meminta anak menjalani konsekuensi atas perbuatannya. Jangan lupa tetap beri ia motivasi, misalnya dengan mengatakan anak sudah bersikap lebih baik dari sebelumnya.
Beri Rasa Aman
Saat anak kesal, tetaplah tenang dan jangan terpancing untuk marah. Semakin Anda mampu menunjukkan sikap berempati dan sabar, semakin anak merasa aman sehingga ia mampu mengurai kekesalannya sendiri. Saat anak mampu mengekspresikan emosi pada Anda, semakin ia mampu menyembuhkan diri sendiri.
Jelaskan dengan Cerita
Gunakan cerita untuk mempermudah anak memahami emosi. Misalnya, ceritakan bagaimana Anda dulu sering marah-marah karena tidak mengerti apa yang diinginkan anak. Tapi sekarang, Anda berusaha keras untuk menahan marah sehingga ia tak perlu takut mengatakan yang diinginkan. Saat bercerita,tetaplah kedepankan empati dan jangan menganalisis sehingga tak berkesan menggurui.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.