Wawancara Eksklusif Hasto Wardoyo: Penanganan Stunting di Masa Pandemi COVID-19
Hasto Wardoyo. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

PALEMBANG - Hasto Wardoyo, Sp.Og (K), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Dr. (HC), menerima mandat dari Presiden Jokowi untuk menjawab permasalahan stunting di Indonesia yang tak kunjung teratasi. Kasus stunting menjadi perhatian dengan adanya pandemi COVID-19 yang sedang melanda dan belum juga berakhir.

Dalam mengatasi masalah stunting, BKKBN kini lebih menyasar diri kepada kaum milenial. Oleh karena itu program-program yang mereka jalankan banyak membidik milenial yang bakal menjadi pasangan di usia selanjutnya. Program yang dulu dengan slogan dua anak cukup tetap sukses dengan modifikasi menjadi dua anak lebih sehat. Seperti apa BKKBN menjalankan program stunting di tengah pandemi COVID-19 dan juga siasat untuk menyasar kaum milenial?

Dalam masa pandemi corona ini, seperti apa kasus stunting?

Saat pandemi terjadi otomatis soal stunting juga meningkat soalnya morbiditas naik. Sumber  stunting  itu ada dua; gizi kurang optimal dan kesehatan kurang optimal. Ketika kesalahan naik dan naik pasti ada ancaman gizi kurang optimal. Ketika banyak orang takut ke rumah sakit pelayanan kesehatan juga terlambat, akan terjadi kesehatan yang tidak optimal. Inilah yang menjadi catatan kami. Di Indonesia sekarang ada 23 juta balita kira-kira, 2 juta balita di tengarai kurus akan menjadi kurus. Ketika dua juta jadi kurus kurus ini kalau 2 dan 3 bulan akan menghambat perkembangan akan menjadi stunting.

Sebelum pernikahan yang tidak kalah pentingnya untuk mencegah stunting adalah pemeriksaan kesehatan calon bapak dan ibu. Cek darahnya, HB-nya diperiksa, asam folatnya dicek, dan seterusnya. Kalau ini bisa diatasi keren. Semua yang mau nikah harus pelatihan tiga bulan. Kalau ini bisa dilakukan bisa mencegah stunting. Yang mahal-mahal seperti prewedding yang puluhan juta dilakukan sedangkan pemeriksaan kesehatan yang relatif murah diabaikan. Ini yang perlu kita perhatikan untuk meningkatkan kualitas calon generasi penerus.

Di masa pandemi ini di mana ruang piscal menyempit kita harus melakukan penghematan. Pemerintah dengan kebijakannya melakukan penghematan, begitu juga dengan kita di keluarga-kelurga kecil, harus mengubah fokus. Yang penting-penting saja yang diprioritaskan, tidak perlu gaya dan kebutuhan sekuder dan kemewahan.

Di masa pandemi ini pemerintah masih fokus pada upaya pencegahan seperti melakukan vaksinasi, bagaimana dengan program stunting, apakah terkendala dengan keadaan ini?

Saya sudah menyiapkan rencana aksi nasional untuk penanganan stunting, yaitu pendampingan keluarga. Mengawal orang yang mau menikah dan orang yang mau hamil. Melalui program PKK dan pengerahan bidan yang berpartner dengan penyuluh dan kader PKK. Semua ini dilakukan untuk mencegah stunting. Itulah program yang akan dilakukan. Ini juga bisa mengawal bantuan seperti makanan tambahan, dan makakan pendamping ASI. Program ini akan dilakukan dalam 1.000 hari kehidupan pertama. Di sinilah stunting itu bisa dikoreksi. Kalau sudah lewat itu kita menyerah. Soalnya perkembangan otak bayi itu terjadi pada usia itu dua tahun pertama. Setelah itu bisa berkembang tapi tidak maksimal.

pertumbuhan pisik juga demikian, seorang bayi minimal panjang saat melahirkan itu 48 cm. Kalau si bayi ini diberi asupan makanan yang bagus dalam 1.000 hari pertama dia akan bisa timbuh maksimal di masa dewasa sekitar 174 cm. Tapi karena mengalami stunting tinggi tubuh saat dewasa bisa kurang dari itu, misalnya 160 cm.

Jadi masa krusial ini yang harus kita kawal dan selamatkan agar tidak terjadi stunting. Jadi kita lebih banyak gagasan yang mau lahir ini agar mereka bisa terbebas dari stunting.

Soal pranikah dan selamat hamil itu yang diperhatikan sekali. Sebelum nikah calon pasangan harus memeriksa kesehatan, selama hamil jangan sampai bayi baru lahir kurang dari 48 cm. Enam bulan pertama beratnya minimal dua setengah kilogram. Lalu dalam masa 6 bulan pertama itu harus full ASI. Dan selama dua tahun usia bayi jika bisa ibunya tidak hamil dulu. Inilah upaya konkrit yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri di VOI Sumsel .