PALEMBANG - Kebakaran hutan dan lahan terjadi di area penggunaan lain (APL) atau di luar kawasan hutan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, pada 24 Juli silam. Aziz Abdul Latif, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumsel, mengatakan lokasi karhutla hanya berjarak 1,5 kilometer dari kawasan konservasi SM Padang Sugihan.
Sejumlah 50 gajah di kawasan konservasi Suaka Margasatwa Padang Sugihan, berhasil selamat dari bencana karhutla.
BACA JUGA:
“Sejak kemarin api sudah bisa dikendalikan. Saat ini tinggal kepulan asap saja, dan sedang dilakukan upaya pendinginan dari udara gunakan helikopter water bombing,” kata Aziz di Palembang dikutip dari Antara, Rabu, 28 Juli.
Instansi terkait sejak beberapa hari lalu meliputi personel BPBD, BKSDA, Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera hingga kelompok masyarakat (pokmas) berjibaku memadamkan karhutla di Desa Rambai, Kecamatan Pangkalan Lampam itu.
Pemadaman juga dilakukan menggunakan armada udara menggunakan helikopter pembom air oleh personel TNI AU.
Jumlah Gajah di Kawasan Konservasi SM Padang Sugihan
Gerak cepat ini dilakukan agar api tidak masuk ke kawasan SM Padang Sugihan yang berisikan 50 ekor gajah, yang terdiri atas 31 ekor gajah konservasi dan 19 ekor gajah liar. Usia gajah ini antara 1 bulan hingga 40 tahun.
Gajah ini umumnya diselamatkan dari konflik dengan warga yang berasal dari Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin hingga Lampung.
Dalam perkembangannya, sejak ditempatkan di SM Padang Sugihan, puluhan gajah ini dapat berkembang biak dengan baik sehingga terjadi sejumlah kelahiran.
Gajah ini juga kerap dimanfaatkan untuk menyelesaikan konflik lahan, yakni menggiring gajah liar kembali ke habitatnya atau menjauh dari pemukiman warga.
Walau lokasi kebakaran yang terjadi ini bukan jalur jelajah gajah namun dengan cuaca yang sangat kering maka api dikhawatirkan bakal membesar dan tak terkendali.
Kondisi genting ini sebenarnya juga terjadi pada beberapa bulan lalu, malahan lokasinya merupakan titik pelewatan kumpulan gajah.
Oleh karena itu penanganan karhutla di OKI ini menjadi perhatian serius, bukan saja untuk menyelamatkan nyawa manusia tapi juga karena di daerah ini terdapat kawasan hutan konservasi.
Karhutla OKI Akan Berdampak Buruk bagi Satwa di SM Padang Sugihan
Menurut Aziz, akibat karhutla akan berdampak buruk bagi kehidupan satwa di SM Padang Sugihan, terutama pada kelestarian gajah, mulai dari terjadinya fermentasi habitat, kehilangan pakan alami, hingga ancaman kematian.
“Kami terus memantau perkembangan setiap waktu, apalagi di saat puncak kemarau ini,” kata dia.
Jika terjadi keadaan darurat menjadi mustahil untuk mengevakuasi kumpulan gajah ini dengan cepat. Langkah yang paling mungkin dilakukan, hanya mengarahkannya ke sumber air yakni ke Sungai Air Padang, kata Aziz.
Sementara itu, Sumsel meningkatkan kewaspadaan terhadap karhutla seiring dengan daerah ini memasuki puncak kemarau terhitung Agustus-Oktober 2021.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.