Harga Cabai di Bengkulu Naik, Biaya Produksi Mahal Menjadi Penyebabnya

PALEMBANG - Kenaikan harga cabai terjadi di wilayah Bengkulu. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bengkulu, Sisardi mengatakan melonjaknya harga cabai akibat biaya produksi sehingga mempengaruhi harga penjualan dan stok barang minim.

Kenaikan harga pupuk terjadi dan berpengaruh pada hari ini seperti harga pupuk urea mencapai Rp689 ribu per karung dengan berat 50 kilogram yang sebelumnya hanya Rp350 ribu.

Kemudian jenis KCL Rp690 ribu per kilogram dari Rp390 ribu, pupuk mutiara menjadi Rp950 ribu per karung dari Rp450 ribu, ponska sekitar Rp450 ribu per karung dari Rp165 ribu serta pupuk kemasan MKP sekitar Rp65 ribu per bungkus dari Rp35 ribu.

"Harga cabai mahal disebabkan biaya produksi dan ketersediaan cabai saat ini terbatas," kata Sisardi.

Sedangkan untuk jenis obat-obatan pada tumbuhan juta mengalami kenaikan seperti, jenis reagen yang saat ini Rp25 ribu per botol yang sebelumnya hanya Rp20 ribu untuk ukuran kecil, jenis kleenup mencapai Rp135 ribu per botol dari Rp65 ribu, pembulatan sekitar Rp150 ribu dari Rp60 per botol serta lindomin yaitu Rp35 ribu per botol dari Rp25 ribu.

Saat ini, petani tidak dapat memastikan hasil panen di wilayah Provinsi Bengkulu didistribusikan di wilayah Bengkulu atau keluar wilayah.

Panen Cabai Petani di Bengkulu

Sebab, berdasarkan hasil data yang diperoleh, beberapa wilayah di Provinsi Bengkulu seperti Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong masih memiliki ketersediaan barang namun tidak banyak seperti biasanya.

Lanjut Sisardi, Dinas Ketahanan Pangan tidak dapat melakukan pengawasan alur distribusi hasil panen petani serta tidak dapat menjamin bahwa seluruh seluruh hasil panen petani di Bengkulu dijual ke dalam wilayah.

"Sebab bisa saja hasil panen cabai di Bengkulu di jual ke wilayah lain di luar Provinsi Bengkulu dengan harga yang lebih tinggi," ujarnya.