Dinas Pertanian Sumsel Antisipasi Gagal Panen Padi Ancaman Dampak La Nina
Ilustrasi lahan pertanian (Foto dari Antara)

Bagikan:

PALEMBANG - Fenomena La Nina membuat para petani mewaspadai dampaknya yang berupa gagal panen. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan mengeluarkan langkah untuk mengantisipasi ancaman tersebut.

R Bambang Prambono, Kepala Dinas PTPH Sumsel, di Palembang, Selasa mengatakan, fenomena La Nina mengancam keberhasilan panen padi yang diperkirakan berlangsung pada Febuari hingga Maret 2022 mendatang karena menimbulkan intensitas hujan tinggi selama periode tersebut.

Sehingga hujan yang tinggi akan menggenangi lahan sawah petani, yang sebagian besar merupakan lahan tadah hujan, dan rawa. Lalu kualitas lahan menurun dan petani gagal panen lantaran padi menjadi rusak.

Cara Pemerintah Sumsel Mengantisipasi Gagal Panen Akibat Dampak La Nina

Maka salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi gagal panen tersebut, pihaknya menyediakan sarana pengering padi memberikan bantuan pupuk, bibit hingga menyiapkan alat sedot air untuk menguras genangan di sawah.

“Sudah kami prediksi lebih awal karena kami berkomunikasi intensif dengan BMKG. Diharapkan kondisi di lapangan nantinya dapat teratasi dan petani berhasil panen maksimal," ujar dia.

Manurutnya, penyimpangan telah terjadi sejak dasarian pertama 2021 yang ditandai dengan musim kemarau basah.

Namun kondisi tersebut dapat ditanggulangi dengan dilakukannya kebijakan yaitu percepatan tanam sehingga rata-rata petani berhasil panen maksimal.

"Yang dikhawatirkan memang pada masa musim tanam Oktober hingga November 2021. Panennya diperkirakan pada Febuari hingga Maret 2022, karena merupakan puncak penyimpangan iklim akibat adanya La Nina tadi," jelasnya.

Dengan pertimbangan tersebut, lanjutnya, mengharapkan setiap kepala daerah juga harus melakukan langkah yang responsif menanggulangi dampak minor dari La Nina.

Peyimpangan Iklim Mengakibatkan 516 Hektare Lahan Pertanian Terendam Air

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori mengatakan, selama 2021 pihaknya mencatat akibat penyimpangan iklim sedikitnya ada 516 Hektare (Ha) lahan pertanian terendam air.

Dari ratusan lahan yang terendam tersebut, 45 Ha lahan mengalami kerusakan yang cukup memberikan dampak yang besar terhadap petani.

"Lahan pertanian tergenang air lalu rusak itu terjadi hampir di semua kabupaten kota di Sumsel," kata dia.

Maka, menurutnya, pemerintah kabupaten kota harus benar-benar memperhitungkan langkah antisipasi supaya petani tidak mengalami kegagalan panen.

"Kami sudah meminta untuk semua kepala daerah menetapkan status siaga bencana hingga Maret 2022 karena penanggulangan bencana bukan sekedar urusan sosial tapi juga menyangkut kesediaan pangan masyarakat ke depan," katanya.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.