Palembang- Faisal Basri, ekonom senior, berpendapat bahwa Indonesia belum bisa menguasai pasar industri mobil listrik dunia meskipun memiliki tambang nikel.
Industri mobil listrik dan komponen pendukungnya membutuhkan sektor pembangun yang lain, yakni iklim bisnis yang mendorong mereka untuk bisa meningkat. Hal itu ia katakan lewat diskusi virtual Peluang Ekonomi Pasca Leaders Summit on Climate .
BACA JUGA:
"Ada kesan kalau bikin kendaraan listrik mesti produksi semua, seperti konten lokal. Tidak ada negara yang tiba-tiba menjadi negara industri yang unggul di otomotif, Jepang dan Jerman butuh ratusan tahun untuk menghasilkan kondisi sekarang," tuturnya di Jakarta, dikutip dari Antara Rabu , 28 April.
Indonesia Diminta Ikut Global Supply Chain
Lebib lanjut, ia meningkatkan nilai Indonesia turut serta dalam Global Supply Chain , dengan memilih sektor yang dapat meningkatkan nilai menjadi paling tinggi.
"Kalau tiba-tiba ingin menjadi negara produsen utama mobil listrik, mimpi seperti itu," kelakar Faisal.
Pembanguann Infrastruktur Bisa Meningkatkan Keuntungan Lebih Banyak
Dia mengungkapkan bahwa China kini sudah kapok menjadi pusat manufaktur terbesar di dunia, karena nilai tambah yang dinikmati oleh negara itu paling sedikit. 15 Mar 2021 12:01
Produk Apple iPod misalnya, China hanya mendapatkan 7 persen dari total nilai perangkat tersebut. Sementara keuntungan terbesar justru dinikmati Korea Selatan yang memasok layar dan Taiwan yang menyuplai prosesor.
"Kalau kita siapkan infrastrukturnya, maka niscaya peluang lebih banyak memberikan ancaman. Tugas negara membawa energi ini agar tidak menimbulkan shock dan pengangguran," kata Faisal.
Pemerintah Diminta Fokus Kembangkan Kendaraan Listrik Dalam Negeri
Lebih lanjut dia meminta pemerintah agar fokus terhadap komponen-komponen kendaraan listrik yang bisa dikembangkan di dalam negeri, bukan industri mobil listrik secara total.
"Doktor ahli mobil listrik relatif terbatas. Kita harus tentukan pilihan dan sejak sekarang kita bangun infrastrukturnya memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat," tutup Faisal.
Artikel ini telah tayang di VOI. Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri di VOi.