Herman Deru, Gubernur Sumatera Selatan, mengusulkan program bantuan dari pemerintah ke petani diubah dari sisi input ke sisi outputnya, yaitu dari pupuk dan benih diganti ke harga gabah.
“Kita harus inovasi yang ekstreem Subsidinya jangan di pupuk, tapi di harga gabahnya agar petani punya jiwa entrepreneur,” tutur Herman Deru di Palembang, Minggu, 18 April.
Herman menyampaikan, alokasi pupuk subsidi dari pemerintah ke Sumsel masih sangat terbatas. Subsidi tersebut tidak bisa tersalurkan kepada seluruh petani.
BACA JUGA:
Tak hanya itu, pemerintah juga membagikan bantuan alat mesin pertanian (alsintan), meskipun dengan jumlah yang terbatas. Lalu subsidi seperti pompanisasi, listrik masuk sawah, hingga sumur bor juga digelontorkan ke sejumlah daerah yang menjadi sentra penghasil beras. Untuk sementara ini, belum semua petani disasar.
Pemerintah menyalurkan beberapa program tersebut untuk mendorong produktivitas lahan. Sampai saat ini penghasilan lahan di Sumsel masih rendah, yaitu 5,9 ton gabah kering giling (GKG) per Hektare. Berbeda jaub dengan di Jawa yang mampu mencapai 9 ton GKG per Hektare.
Usulan Peralihan Subsidi ke Harga Gabah Disampaikan ke Kementan
Harga gabah yang merosot seperti saat ini telah membuat kerugian di kalangan petani. Mereka harus mengeluarkan biaya produksi yang tidak sebanding dengan penghasilan satu musim panen (4 bulan/100 hari).
Herman Deru mengatakan, dengan rendemen 59 persen, petani cuma mendapat 3,5 ton beras per Hektare. Jika HPP Rp8.500 per Kg, maka petani memperoleh laba kotor Rp30 juta dalam masa 100 hari.
“Ini belum dikurangi biaya lain seperti sewa alsintan, pupuk, belum dan kegiatan pasca panen. Jika dibagi, petani cuma dapat Rp150.000 per hari, atau sama saja dengan gaji tukang (kuli). Artinya petani jadi kuli di lahan sendiri,” tuturnya.
Oleh karena itu, Herman Deru mengharapkan pemerintah pusat mengkaji kemungkinan peralihan subsidi ke harga gabah. Hal ini pun sudah disampaikannya ke Kementan.
“HPP gabah Rp5.300 per Kg, harga di lapangan Rp3.000 per Kg. HPP beras Rp8.300 per Kg, maka harga di lapangan Rp7.000 per Kg. Jika selisih ini disubsidi, maka petani ada jaminan sehingga bisa fokus meningkatkan produksi,” kata dia.
Harga Gabah Anjlok pada Musim Panen
Wawan Darmawan, petani di Desa Sumber Mulya, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, mengatakan harga gabah anjlok pada musim panen pada Maret-April 2021. Harga gabah anjlok dari Rp4.000-Rp4.500 per Kg menjadi Rp3.600-Rp3.500 per Kg.
“Di satu sisi kami diminta meningkatkan produksi, tapi ketika produksi sudah meningkat, toh harga gabah anjlok,” kata dia.
Ia mengharapkan pemerintah dapat mencontoh Vietnam dan Thailand yang menerapkan subsidi pada harga gabah.
“Saat ini jika dihitung-hitung, biaya produksi satu Hektare lahan mencapai Rp10 juta, dengan pendapatan panen sekitar Rp30 juta, maka pendapatan harian cuma 150.000-an per hari, padahal kami punya aset (lahan),” kata dia.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri di VOI.