PALEMBANG - Agung Baskoro, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, berpendapat penentuan calon presiden untuk maju Pemilu 2024 harus segera ditentukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Belakangan ini di lingkaran PDIP terjadi drama 'adu banteng'. Mulai dari rivalitas pencapresan Ketua DPR Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, maupun isu kerenggangan hubungan antara Ketua Umum Megawati Soekarnoputeri dengan Presiden Joko Widodo.
Meskipun sudah terlihat kembali kemesraan antara Megawati dan Jokowi di dua pertemuan terakhir pada pelantikan dewan pengarah BPIP, Selasa, 7 Juni, dan peresmian Masjid At-Taufiq, Rabu, 8 Juni. Namun, Agung menilai, tidak ada jaminan situasi tak memanas lagi karena perbedaan sikap mengenai Pilpres 2024.
Agung mengakui, penentuan capres merupakan domain ketua umum PDIP yang sampai hari ini belum diputuskan. Tapi, menurutnya, belum adanya keputusan itu menjadi kesempatan bagi Jokowi untuk ikut menentukan capres dari partai banteng moncong putih itu.
”Bagi Presiden Jokowi, ini menjadi arahan lain baginya untuk terlibat secara tak langsung dengan mengirimkan sinyal-sinyal khusus baik kepada Ganjar lewat pertemuan bersama Projo beberapa waktu yang lalu, maupun sebatas restu kepada para menteri atau kandidat lainnya,” ujar Agung dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 9 Juni.
Calon Presiden yang Diusung PDIP dalam Pemilu 2024
Menurut Agung, sinyal khusus itu penting disampaikan Jokowi untuk menjamin program-program utamanya berlanjut sehingga ada warisan dari pemerintahannya (legacy). Sementara, kata dia, restu dan dukungan Jokowi sangat berarti agar yang akan bertarung pada Pilpres 2024 tak menghadapi hambatan apapun.
Disisi lain, lanjut Agung, kelompok-kelompok relawan Ganjar kerap bermanuver offside. Mereka merasa figur yang didukungnya secara otomatis harus diusung PDIP karena faktor elektabilitas yang tinggi, padahal yang menentukan capres adalah partai. Sementara PDIP menjunjung tinggi proses kader dengan menjadikan elektabilitas hanya sekedar variabel.
”Dalam beberapa kesempatan, kader-kader banteng tampil merespons sikap Relawan Ganjar, termasuk kepada Ganjar sebagai kandidat. Mulai dari sebatas perkataan yang mengkritik kinerja sebagai gubernur hingga tak lagi mengundang Ganjar dalam acara-acara penting PDIP,” jelas Agung.
Hubungan Jokowi dengan Megawati seperti Ibu dan Anak
Agung memandang, situasi tersebut meninggalkan dilema tersendiri bagi Jokowi meski terakhir kali menyampaikan bahwa relasinya dengan Megawati seperti hubungan ibu-anak. Hal itu diungkap Jokowi saat bertemu Megawati pada peresmian Masjid At-Taufiq.
Oleh karena itu, menurut Agung, kemunculan Ganjar sebagai kandidat capres potensial bersama Puan Maharani dan beberapa kader lain adalah berkah yang membuktikan kaderisasi PDIP berjalan baik.
”Namun ini bisa menjadi musibah bila Ganjar atau Puan terus mempertontonkan perbedaan sikap secara langsung atau tidak melalui sikap para pendukungnya di hadapan publik,” pungkasnya.
Ikuti terus berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel . Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap untuk Anda.