Tempe Tahu Lenyap di Pasaran; Pengusaha Warteg Kelimpungan, Omzet Turun 20 Persen
Pengerajin tahu (Foto dari Antara)

Bagikan:

PALEMBANG- Aksi mogok para pengerajin tahu dan tempe di Jakarta berakhir hari ini, Rabu (23/2). Tahu dan tempe tidak beredar di pasaran selama mogok produksi tersebut dilakukan sejak Senin, 21 Februari lalu. Mulai besok baru dijual kembali.

Hal ini disampaikan oleh Sekjen Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Hedy Kuswanto saat mendatangi Fraksi PDIP DPRD DKI untuk mengadukan kenaikan harga kedelai.

"Di tanggal 21, 22, dan 23 (Februari) itu enggak ada tempe-tahu yang beredar di pasaran sampai sekarang. Memang ini hari terakhir kita mogok. Mungkin besok sudah ada lagi," kata Hedy di gedung DPRD DKI, Rabu, 23 Februari.

Harga Tahu dan Tempe di Pasaran

Namun, Hedy memprediksi harga tahu dan tempe potongan yang akan dijual di pasaran akan naik mulai esok hari.

"Besok ada kenaikan sedikit. Yang biasa sepotong tempe Rp5.000 jadi Rp6.000 yang biasa Rp7.000 jadi Rp8.000," ungkap Hedy.

Kenaikan Harga Kedelai  Sebabkan Pengerajin Tempe Mogok Produksi

Hedy menjelaskan, kenaikan harga tahu-tempe ditengarai dari kenaikan harga bahan baku kedelai yang mereka beli sebelum diproduksi. Kenaikan harga kedelai ini pun menjadi penyebab perajin mogok produksi dan berdagang.

Dia menjelaskan, kenaikan harga mulai terjadi secara perlahan sejak Oktober 2021. Awalnya, harga kedelai berkisar Rp8.500 sampai Rp10 ribu per kilogram. Setelah kenaikan, saat ini harganya mencapai Rp13 ribu per kilogram.

"Harga ini naik terus meroket. Yang jelas, untuk harga produksi kita itu biayanya sudah mahal, enggak bisa mengembalikan keuntungan seperti sebelumnya," keluhnya.

Karenanya, Hedy mengaku pihaknya mengadu kepada DPRD untuk menindaklanjutinya dengan pemerintah dan mengupayakan agar harga kedelai kembali stabil.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel. Kami selalu menyajikan berita Sumatera Selatan terlengkap dan terbaru.