PALEMBANG - Perayaan Cap Goh Meh digelar pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek 2573 Khongzili. Warga Keturunan Tionghoa Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, merayakannnya dengan cara sederhana karena masih dalam kondisi COVID-19.
"Cap Goh Meh juga menandakan berakhirnya segala rangkaian Imlek tepat lima belas hari setelah Tahun Baru Imlek 2573 Khongzili," kata Tokoh Masyarakat Tionghoa Belitung, Ayie Gardiansyah di Tanjung Pandan, Selasa.
Menurut dia, perayaan Cap Goh Meh merupakan tradisi yang dilaksanakan pada masa Dinasti Han (206 SM - 221 M) dan terus dilestarikan secara turun temurun sampai saat ini.
BACA JUGA:
Makna dan Tujuan Perayaan Cap Goh Meh
Warga Tionghoa kala itu merayakan Cap Goh Meh dengan menghias rumahnya masing-masing dan jalanan di sekitar lingkungan tempat tinggal dengan lampion sebagai simbol rasa kebahagiaan.
Maka dari itu, lanjut Ayie, perayaan Cap Goh Meh juga sering disebut oleh masyarakat Tionghoa dengan festival lampion.
"Lampion juga menandakan kesejahteraan anggota keluarga yang berada di dalam rumah," ujarnya.
Ayie menambahkan, selain itu, Cap Goh Meh juga menandakan datangnya musim tanam sehingga para petani menyambutnya dengan suka ria dikarenakan akan kembali bekerja.
"Para akan petani kembali ke sawah dan ladang dengan harapan di tahun yang baru membawa berkah bagi pertanian mereka," katanya.
Perayaan Cap Goh Meh di Masa Pandemi COVID-19
Menurutnya, mengingat situasi masih berada di tengah pandemi COVID-19 maka perayaan Cap Goh Meh di daerah itu dirayakan dengan sederhana.
"Jika sebelum pandemi perayaan Cap Goh Meh di Belitung selalu isi dengan acara dan festival sebagai promosi pariwisata Belitung," ujar dia.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.