PALEMBANG - Kebutuhan pupuk di sembilan provinsi guna memenuhi dukungan bagi musim tanam Oktober 2021-Maret 2022 disiapkan oleh PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) yang merupakan anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero).
Sorejo Hartono, VP Humas PT Pusri, di Palembang, Minggu, mengatakan, ke-9 provinsi itu adalah Bangka Belitung, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan sebagian Jawa Timur.
“Total stok Urea yang disiapkan untuk sembilan provinsi itu 173.432 ton dari ketentuan yang ditetapkan 99.566 ton,” kata Soerjo.
Selain Urea, Pusri juga menyiapkan kebutuhan pupuk NPK untuk dua provinsi yakni Sumsel dan Lampung dengan total stok 24.567 ton dari ketentuan 10.828 ton.
Kebutuhan pupuk bersubsidi telah disalurkan sesuai dengan ketentuan pemerintah yaitu disalurkan kepada petani yang telah terdaftar dan masuk dalam e-RDKK agar mempermudah proses evaluasi dan alokasi oleh Kementerian Pertanian.
Selain bertanggung jawab menyediakan pupuk bersubsidi, guna mengantisipasi lonjakan kebutuhan petani, Pusri juga menyiapkan stok pupuk nonsubsidi dan rangkaian produk inovasi Pusri. Untuk pupuk nonsubsidi itu, harganya ditentukan oleh mekanisme pasar, khususnya pasar internasional.
Permintaan Pupuk di Pasa Global Melonjak
Saat ini, di pasar global sedang terjadi lonjakan permintaan pupuk yang dibarengi dengan turunnya pasokan atau suplai di pasar internasional.
Penyebabnya, antara lain, beberapa negara penghasil pupuk menghentikan sementara kegiatan ekspor guna memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Negara-negara itu antara lain China, Rusia dan beberapa negara lain juga mengalami kesulitan pupuk untuk kebutuhan dalam negerinya.
Kondisi ini diperparah dengan adanya krisis energi yang terjadi di Eropa yang mengakibatkan terjadinya lonjakan harga gas dunia. Ini menyebabkan biaya produksi pupuk juga naik secara signifikan.
Akibatnya, Soerjo menjelaskan, banyak pabrik pupuk yang menghentikan produksinya karena biaya produksi terlalu tinggi.
Namun, adanya kekurangan suplai ini membuat harga pupuk di pasar internasional kembali naik, termasuk pupuk urea.
BACA JUGA:
Penyebab Terjadinya Keainkan Pupuk Jenis DAP dan KCI
Hal inilah yang memicu terjadinya kenaikan harga pupuk yang signifikan karena permintaan melebihi suplainya, khususnya pupuk jenis DAP dan KCl Harga urea impor saat ini, adalah sekitar Rp12,7 juta per ton.
Mengantisipasi hal tersebut di atas, Pupuk Indonesia Grup, memberlakukan harga pupuk yang masih terjangkau dan tidak terlalu memberatkan petani dan konsumennya.
Saat ini, harga yang ditetapkan oleh Pupuk Indonesia Grup sekitar 74 persen dari harga pupuk internasional, katanya.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.