PALEMBANG - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai kenaikan harga Pertalite dan gas melon atau elpiji ukuran 3 kg mungkin menyulut kepanikan berbelanja, yang berisiko menyebabkan kelangkaan di masyarakat.
"Isu itu mungkin menyebabkan panic buying. Kelangkaan Pertalite di berbagai SPBU mungkin merupakan panic buying setelah mengetahui isu tersebut," kata Fahmi, dikutip dari
Isu mengumumkan harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram ramai ramaikan, meski pemerintah secara resmi belum memutuskan apakah harga dua komoditas itu benar-benar jadi naik.
BACA JUGA:
"Hal itu mungkin menyebabkan panic buying. Kelangkaan Pertalite di berbagai SPBU mungkin merupakan panic buying setelah mengetahui isu tersebut," kata Fahmi, dikutip dari Antara , Jumat 8 April.
Kenaikan Gas Elpiji dan Pertalite Akan Membebani Masyarkat
Fahmy meminta agar harga Pertalite dan gas melon tidak diperbolehkan dalam waktu dekat. Pemerintah perlu menunggu sampai harga minyak dunia sudah mencapai keseimbangan pasar.
"Kenaikan Pertalite dan melon gas akan menaikkan inflasi dan menambah beban beban masyarakat serta memperberat beban masyarakat, terutama rakyat miskin,".
Hal senada juga disampaikan ekonom dari Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet.
Inflasi Tinggi Sebabkan Tarif PPN Naik
Ia mengatakan tanpa memasukkan faktor kenaikan harga Pertalite dan elpiji, tekanan inflasi relatif tinggi karena dipengaruhi oleh beragam hal, termasuk di dalamnya kenaikan harga energi global, kebijakan tarif PPN, harga Pertamax yang sudah naik terlebih dahulu dan pola musiman ketika bulan Ramadhan.
"Sekarang ditambah kenaikan Pertalite dan elpiji tentu saja tekanan terhadap inflasi di tahun-tahun ini meningkat lebih tinggi. Tentu saja perlu diwaspadai apakah kenaikan inflasi ini bisa dikompensasi oleh daya beli masyarakat," jelas Yusuf.
Ikuti terus berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel. Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap untuk Anda.