PALEMBANG - Senin, 21 Februari, para pedagang tahu dan tempe di Pasar Rawasari, Jakarta Pusat, menepati janjinya menjalankan aksi mogok jualan. Aksi itu merupakan respon dari kenaikan harga kedelai.
Salah seorang pengunjung di Pasar Rawasari, Rahma, mengaku dirinya tidak melihat adanya penjual tahu dan tempe di pasar tersebut.
BACA JUGA:
"Masak (tahu dan tempe) untuk anak dan orang tua, kan orang tua saya tidak makan ikan sama daging. Iya kok pada kosong semua padahal saya mau beli tahu dan tempe," kata Rahma kepada wartawan di Pasar Rawasari, Cempaka Putih, Senin 21 Februari, pagi.
Penjual Tahu dan Tempe Ingin Harga Kedelai Kembali Normal
Aksi mogok para penjual tahu dan tempe juga berdampak pada animo masyarakat yang rutin mengkonsumsi makanan tersebut.
"Ya, kita jadi sulit ya pak. Kita istilahnya (beli) 5 ribu dapat tempe 3 ribu dan tahu juga. Kalau gini bingung, (bahan pangan) yang lain-lain pada mahal. Ikan dan ayam pada mahal," ujarnya.
Rahma berharap pemerintah tidak menaikan harga kedelai agar kondisi kembali normal, khususnya untuk warga menengah ke bawah.
"Semoga tidak dinaikin harga kedelainya, biar bisa dagang lagi tahu dan tempe," ucapnya.
Harga Kedelai Naik Sebabkan Kelangkaan Tahu dan Tempe
Selain Rahma, keluhan senada juga dilontarkan Lisna, konsumen tahu dan tempe. Lisna pun mengerti kelangkaan tahu dan tempe di pasar karena tingginya harga kedelai.
"Sudah tahu karena tiap hari ke pasar, tidak ada (penjual tahu dan tempe). Saya sudah dengar beritanya bahwa tahu dan tempe kedelainya lagi mahal," kata dia.
Lisna mengatakan, kenaikan harga kedelai membuat para ibu rumah tangga menjadi cemas.
"Inginnya harga normal aja, semua pada naik bingung keuangannya," ujar Lisna.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.