PALEMBANG - Tubuh membutuhkan asupan protein sebagai nutrisi untuk menunjang kesehatan tulang, otot, kuli. Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien, disamping lemak dan karbohidrat, yang bertanggung jawab atas ribuan reaksi kimia yang fungsinya memastikan tubuh bekerja dengan baik.
Dalam sehari rata-rata orang yang bukan atlet diperbolehkan konsumsi makanan berprotein seberat 2 gram dikali berat badan. Jika berat badan Anda 70 kilogram, artinya bisa konsumsi antara 125-140 gram makanan berprotein, misalnya ikan.
BACA JUGA:
Mengutip Eating Well, Kamis, 17 Februari, rekomendasinya konsumsi antara 10-35 persen kalori harian dari protein. Berdasarkan analisis dari 32 penelitian terkait konsumsi protein, terlalu banyak dikonsumsi tidak direkomendasikan. Sebab tidak akan berguna dan bisa mengganggu kesehatan Anda. Berikut, tanda yang bisa jadi peringatan kalau Anda terlalu banyak konsumsi makanan berprotein.
-
Sering buang air kecil
Sering bunag air kecil karena makan protein berlebihan, membuat ginjal memproses begitu banyak protein sehingga kelebihannya menumpuk. Penumpukan protein di ginjal menciptakan lingkungan yang jauh lebih asam di ginjal. Peningkatan produksi asam juga bisa menyebabkan masalah pada tulang dan hati.
Selain sering buang air kecil, mudah haus juga efek samping kebanyakan makan protein. Namun, menurut sejumlah peneliti, protein nabati efek negatifnya lebih rendah dibandingkan protein hewani.
2. Memengaruhi suasana hati
Seperti yang dipaparkan pada pembuka, bahwa protein bertanggungjawab pada hormon yang memastikan tubuh bekerja dengan baik. Menurut American Medical Association, diet tinggi protein, tinggi lemak, dan rendah karbohidrat selama setahun mengalami lebih banyak kecemasan, depresi, dan suasana hati buruk dibandingkan aturan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, protein sedang.
3. Mengalami sembelit
Diet tinggi protein seringkali rendah serat, terutama ketika sumber protein berasal dari produk hewani. Ini bisa memengaruhi sistem pencernaan Anda. Efek konsumsi rendah serat paling umum adalah sembelit atau susah buang air besar. Kecuali Anda mencampurkan protein nabati yang mengandung serat seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, dan biji-bijian.
4. Berat badan naik kembali
Seorang ahli saraf, Sandra Aamodt, Ph.D. mempelajari hubungan antara berat badan dan otak. Menurutnya, untuk menurunkan berat badan perlu mengubah perilaku jangka panjang. Jika diet hanya bertahan beberapa minggu ke depan, tak ayal berat badan akan mudah naik kembali. Otak akan mengikuti perubahan perilaku, dan ini perlu dilakukan secara bertahap tetapi konsisten.
5. Lelah sepanjang waktu
Apakah jam tidur Anda semalam cukup, tetapi tetap merasa lelah sepanjang waktu? Bisa jadi tanda terlalu banyak konsumsi protein. Makan banyak protein bisa membuat tubuh lelah, alasannya protein banyak terlalu membebani kerja ginjal, hati, dan jantung. Sedangkan makan terlalu sedikit karbohidrat bisa memengaruhi otak, jadinya susah fokus dan tidak berenergi.
6. Mulut bau
Dikenal istilah bagi pediet keto, ‘nafas keto’. Ini terjadi ketika seseorang fokus konsumsi protein dan lemak daripada karbohidrat sehat. Oleh karena itu tubuh harus menyesuaikan dan menghasilkan keton yang berbau tidak sedap.
Pernahkah mengalami 6 tanda di atas? Maka dianjurkan untuk menemukan pendekatan diet yang lebih seimbang dalam hal konsumsi makronutrien. Ini akan membuat tubuh bekerja secara harmonis dan meminimalisir risiko buruk pada kesehatan.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel.