Pintu Gerbang Masa Emas Buah Hati: Interaksi Sang Wali
Ilustrasi (Raga Granada/VOI)

Bagikan:

Sebelumnya, kita telah membahas mengenai dampak fatal penggunaan gadget bagi tumbuh kembang anak. Bila tak digunakan secara bijak, gawai bisa menghambat perkembangan anak terutama di masa keemasannya. Padahal masa keemasan ini disebut-sebut menjadi penentu masa depan sang buah hati. Tulisan Seri khas VOI edisi "Menyepuh Masa Emas Anak" selanjutnya: ihwal pentingnya memahami periode perkembangan paling pesat anak.

Peran orang tua begitu besar dalam tumbuh kembang sang buah hati. Mereka bisa menjelma menjadi apa saja. Laksana teman bermain, atau seorang guru. Dalam artian filosopis, keluarga adalah sekolah pertama sang anak. Tapi, hal itu bisa terjadi bila mereka betul-betul mafhum dan bisa mengoptimalkan masa keemasan (golden age) anak. Lantas apa sebenarnya masa keemasan anak tersebut?

Pada hakekatnya, golden age merupakan masa-masa emas pada kehidupan anak-anak. Usia golden age umumnya dikategorikan dari umur 0-5 tahun. Ini merupakan masa penentu tumbuh kembang anak secara emosi, sosial, dan spiritual berkualitas.

Pada fase ini anak harus mendapatkan perhatian lebih dari orang tua. Sebab, orang tua dapat membentuk karakter buah hatinya. Lewat asupan pengetahuan baru atau mengajarkan anak membedakan hal baik dan buruk. 

Menurut studi yang dipublikasikan California Department of Education (CDE), saat anak tumbuh, orang tua memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian. Orang tua harus memahami bahwa setiap anak memliki kepribadian dan tingkah laku yang berbeda-beda. Sama seperti orang dewasa, anak-anak mungkin memiliki sifat pemalu, periang, atau bahkan pemarah. Untuk itu, penting halnya memelihara pertumbuhan emosional antara orang dan anak secara sehat. Utamanya, di setiap tumbuh kembang si kecil, mereka lebih banyak butuh cinta, pengertian, dan waktu dari orang tua.

Cinta, pengertian, dan waktu yang dimaksud dapat berbentuk langkah-langkah sederhana. Bisa dengan orang tua lebih aktif meluangkan wkatu dengan anak. Orang tua aktif dalam berbicara, membaca, ataupun menyanti untuk mereka. Lebih menarik lagi jika pengajaran itu diselingi oleh permainan yang memacu kognitif dan kreativitas. Selebihnya, orang tua harus mematri pemahaman jikalau tiap anak yang dilahirkan adalah spesial. Alias antara satu anak dengan lainnya berbeda-beda. 

Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Tahapan-tahapan golden age

Lebih detail terkait tahapan-tahapan penting golden age, kami menghubungi psikolog, Dya Adis Putri Rahmadanti. Dari Dya kami memahami jika orang tua harus pro-aktif. Orang tua adalah muaranya. Orang tua dapat menjadi aktor sekaligus sutradara yang mendampingi tumbuh kembang anak. Karena itu, orang tua dituntut dapat membuat narasi yang selaras dengan potensi dan kemampuan anak. Lantas, Dya mengelompokkan tahapan golden age dalam lima tahap utama.

Pertama, orang tua harus memperhatikan perkembangan motorik halus anak. Motorik halus ini meliputi bagaimana anak bisa melakukan aktivitas-aktivitas halus -- jika tak dapat dikatakan aktivitas ringan. Misalnya, belajar menggambar, mewarnai, hingga melipat kertas. Aktivitas ini begitu bermanfaat untuk melatih kemampuan menulis dan mengasah kreativitas anak.

Kedua, orang tua harus memperhatikan perkembangan motorik kasar. Perkembangan ini sangat penting bagi anak agar mereka dapat mengendalikan otot-otot mereka. Misalnya, dengan keterampilan memanjat, berenang, melompat, dan kegiatan olahraga lainnya.

Ketiga, orang tua harus memperhatikan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif adalah perkembangan anak untuk mengolah dan mengklasifikasikan sesuatu yang terlihat oleh panca indera. Misalnya, dengan sering mengajak anak mendatangi tempat baru, tempat hiburan, kebun binatang, pantai, dan pegunungan. Setelahnya, anak diminta untuk menceritakan pengalamannya. Mulai dari apa yang sudah dilihat, apa yang buat bahagia, dan lain sebagainya. Lewat perkembangan kognitif, anak dapat berpikir logis, sekaligus berbahasa baik.

Keempat, orang itu harus mengenali gangguan tumbuh kembang pada anak. Peran orang tua dalam hal ini harus cekatan dan cepat memahami letak gangguan, karena hal itu sangat berpengaruh bagi perkembangan anak di masa depan. Gangguan itu biasanya meliputi gangguan interaksi sosial, gangguan bicara, gangguan motorik halus, dan gangguan motorik kasar.

Kelima, orang tua itu harus mengenali dan mendukung potensi anak. Semisal, mereka sudah terlihat terkait dengan suatu aktivitas, baik itu dalam hal menulis atau musik. Maka, orang tua harus berada digarda terdepan memberikan dukungan.

Infografik (Raga Granada/VOI)

Pengendalian emosi saat golden age

Selain perkembangan kognitif dan kepribadian, perkembangan emosi juga sangat penting bagi anak. Orang tua, kata Dya harus dapat memperhatikan dan mengajarkan anak dalam mengendalikan emosi. Ambil contoh, kala anak menangis. Rata-rata orang tua ingin membuat anaknya berhenti menangis. 

Bahkan, dibumbui pula oleh kalimat persuasi: “kamu jangan nangis.” Secara psikologis hal itu salah. Anak justru tak pernah belajar mengendalikan emosi. Dalam konteks itu, orang tua menunggu reda emosi anak. Akan tetapi, selama proses itu orang tua berada di samping anak.

Buahnya, hal itu akan berimbas ketika anak-anak mencapai usia remaja atau dewasa. Pada usia itu, mereka akan cenderung menjadi pribadi yang tertutup akan masalahnya. Mereka tak berani mengungkap emosinya, serta kebingungan bagaimana mengendalikan emosinya. Jika ada anggapan bahwa perihal emosi harus dikendalikan setelah remaja, maka itu pendapat yang kurang tepat. Justru golden age inilah saat yang paling tepat.

“Padahal dalam mengendalikan emosi sangatlah penting diajarkan, tidak perlu menunggu anak besar baru diajarkan, lebih baik diajarkan pada masa-masa golden age ini. Kita sebagai orang tua bisa mencontohkan bagaimana mengelola emosi yang baik kepada anak, menjadi pendengar anak ketika dirinya sedang mengalami emosi negatif, dan menerima emosi negatif yang ada pada anak tersebut, ujar Dya saat dihubungi VOI, Rabu, 24 Maret.

Optimalkan peran orang tua

Boleh jadi jika kebutuhan pada masa golden age anak diabaikan, anak akan mengalami tumbuh kembang yang kurang optimal. Berdasarkan itu, Dya menyarankan agar orang tua selalu bersikap penuh kasih sayang terhadap anak. Setelahnya, orang tua harus menanamkan mainset bahwa setiap anak memiliki kelebihan masing-masing.

Langkah itu akan membuat anak tumbuh dalam kasih sayang. Alhasil, anak-anak akan berkembang secara optimal. Mereka akan tumbuh menjadi insan cerdas, insan kreatif, atau insan tangguh. Semuanya berkat peran orang tua. Mereka harus memainkan banyak peran. Suatu waktu mereka dapat menjadi teman, pendengar yang baik, atau bahkan seorang guru bagi anak-anaknya.

“Pengotimalan untuk mendukung masa-masa golden age anak, menurut saya paling penting adalah kehadiran dan perhatian orang tua. Bagaimana orang tua benar-benar turut andil dalam membantu anak mengembangkan kepribadian, emosi, serta kognitif dan motorik anak," kata Dya. 

"Walaupun hanya dirumah saja, banyak hal yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak. Tidak ada kata tidak ada waktu untuk orang tua, yang ada adalah mau atau tidak orang tua hadir pada masa-masa golden age anak saat ini,” tutupnya.