Efek Buruk Kebiasaan Multitasking Menurut Penelitian Psikologi
Ilustrasi cara jaga kesehatan mental selama ppkm darurat (Pexels/George Milton)

Bagikan:

PALEMBANG- Ada beberapa tipikal orang yang gemar melakukan banyak pekerjaan dalam waktu yang bersamaan karena dinilai punya keuntungan tersendiri. Aktivitas ini disebut dengan multitasking. 

Para ibu rumah tangga tanpa asisten rumah tangga misalnya. Mereka bisa melakukan berbagai pekerjaan rumah sekaligus semisal memasak sambil mencuci baju, menyapu atau bekerja sembari mengurus anak dan lainnya.

Multitasking Membuat Cepat Lelah karena Menguras Banyak Energi

Memang, pekerjaan jadi terasa lebih cepat selesai dalam waktu singkat tetapi di sisi lain,  multitasking  juga berdampak buruk bagi seseorang. Psikolog klinis dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Pritta Tyas Mangestuti mengatakan mereka, terutama para ibu yang punya kebiasaan  multitasking  bisa sangat lama sehingga menyebabkan kelelahan.

" Multitasking  Penyanyi Sangat Cepat Menurunkan energi, MEMBUAT kitd kelelahan bahkan can IQ JIKA Terlalu Sering  multitasking ," kata dia hearts Sebuah Acara kesehatan TENTANG Anak melalui Berani, dikutip Dari  Antara , Minggu, 11 Juli.

Di masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan sebagian besar orang bekerja dari rumah (WFH) saat ini, para ibu yang bekerja khususnya, perlu mengelola energi mereka. Ini memang menjadi tantangan tersendiri. Di satu sisi, ibu perlu menemani anak mereka, tetapi di sisi lain dia harus bekerja.

Meskipun repot, menurut Pritta, para ibu harus berusaha tidak multitasking. Dia menyarankan ibu mengatur waktunya, misalnya setiap pukul 07.00-07.30 untuk bermain bersama anak, lalu setelahnya melakukan pekerjaan rumah tangga atau kantor dan pekerjaan lainnya.

Multitasking Menyebabkan Pekerjaan Lebih Lama Selesai

Dampak buruk multitasking sudah diperlihatkan berbagai studi. Studi pada tahun 2008 yang dilakukan peneliti dari University of Utah, Amerika Serikat menemukan seseorang mungkin perlu waktu lebih lama untuk menyelesaikan dua tugas sekaligus mengerjakannya secara terpisah.

Dalam kasus mengemudi sembari membayangkan di ponsel (tidak disarankan karena berisiko membuat Anda celaka), pengemudi membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di tujuan ketika datang di ponsel.

"Yang paling menghemat waktu adalah mengerjakan sesuatu secara bersamaan. Bayar tagihan Anda sekaligus lalu mengirimkan email Anda sekaligus," tutur Guy Winch, penulis Emotional First Aid: Practical Strategies for Treating Failure, Rejection, Guilt and Other Everyday Psychological Injuries, seperti dikutip dari Kesehatan.

Multitasking Menyebabkan Lebih Mudah Stres

Selain itu, studi dari University of California Irvine menunjukkan, ada risiko hubungan antara stres dan multitasking. Menurut peneliti, pegawai yang tidak memiliki akses ke email kantor melakukan lebih sedikit multitasking dan tidak terlalu stres karenanya. Sementara itu, pegawai yang memiliki akses ke email kantor sehingga menerima aliran pesan tetap berada dalam mode waspada tinggi terus-menerus dengan detak jantung yang lebih tinggi.

Multitasking Menyebabkan Mudah Lupa atau Lalai 

Multitasking  berisiko membuat seseorang kehilangan sesuatu. Sebuah studi pada 2009 dari Western Washington University, menemukan, sebanyak 75 persen mahasiswa yang berjalan melintasi alun-alun kampus sambil berbicara di ponsel mereka tidak melihat badut mengendarai  unicycle  di dekat.

Para peneliti menyebut ini "kebutaan yang tidak direkam". Menurut mereka, meskipun berbicara secara teknis melihat sekeliling mereka, tidak ada yang benar-benar terekam di otak mereka.

Multitasking Menyebabkan Hilang Fokus

Hal lain yang tak kalah penting, saat melakukan dua hal sekaligus misalnya membaca buku diselingi menonton televisi, seseorang akan kehilangan detail penting dari salah satu atau keduanya. Menyela satu tugas untuk tiba-tiba fokus pada yang lain bisa cukup untuk mengganggu jangka pendek.

Multitasking  membutuhkan banyak hal yang dikenal sebagai memori kerja. Ketika memori kerja habis, maka dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk berpikir kreatif, menurut penelitian dari University of Illinois di Chicago.

"Terlalu banyak fokus sebenarnya dapat merusak kinerja pada tugas pemecahan masalah yang kreatif. Dengan begitu banyak hal yang sudah terjadi di kepala mereka, para  multitasker  sering merasa lebih sulit untuk melamun dan menghasilkan 'momen a ha' yang spontan," demikian kata peneliti..

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel .