JAKARTA - Indonesia tengah memasuki era baru dalam dunia pertanian, yang mana teknologi rekayasa genetik atau tanaman GMO (Genetically Modified Organism) menjadi fokus utama untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan dan perubahan iklim.
Menurut Mirna Mutiara, Head of Corporate Affairs and Sustainability Regal Springs Indonesia, pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan regulasi dan aturan yang mendukung pengembangan tanaman GMO. Keberadaan regulasi ini menjadi langkah positif dalam mendorong adopsi teknologi tersebut di sektor pertanian.
Tujuan utama penerapan teknologi GMO di Indonesia adalah untuk memastikan ketahanan pangan negara dengan meningkatkan produksi pangan secara efisien.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Mirna melalui acara Konferensi Agrinovasi 2025 yang diselenggarakan oleh Edufarmers dan Pemuda Tani Indonesia.
"Yang paling penting adalah pertama, menjaga ketahanan pangan negara melalui peningkatan produksi pangan, dan kedua, agar petani kita dapat menghadapi dampak perubahan iklim dengan menggunakan praktek pertanian yang baik,” kata Mirna, saat ditemui di JCC, Jakarta Pusat pada Sabtu, 22 Februari.
Di sisi lain, teknologi GMO juga diharapkan dapat memberikan solusi dalam menjaga kelestarian lingkungan pertanian, yang pada gilirannya turut mendukung keberlanjutan sektor pertanian Indonesia.
Prof. Bambang Prasetya, Chairman Indonesia Biosafety Committee, menjelaskan bahwa produk hasil rekayasa genetik sebenarnya sudah ada dalam kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA:
"Apakah ada yang mengonsumsi tahu, tempe, kecap, atau ayam boiler? Semua itu sudah merupakan produk rekayasa genetik," tuturnya.
Menurut Bambang, teknologi rekayasa genetik dapat dipandang sebagai cara untuk mempercepat proses alami yang terjadi di alam. Dalam proses tersebut, gen diatur sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu, seperti ketahanan terhadap penyakit, kekeringan, atau peningkatan kandungan gizi seperti provitamin A.
“Teknologi ini mempercepat perubahan genetik yang biasanya terjadi secara alami, namun dengan tujuan yang lebih terarah. Misalnya, tanaman dapat dikembangkan untuk tahan terhadap kekeringan atau penyakit tertentu,” ujar Bambang.
Ia juga menambahkan bahwa sejak Indonesia mengadopsi teknologi GMO pada 2004, semakin banyak produk yang mulai diterima, dengan beberapa produk GMO sudah mulai ditanam pada 2020. Di samping itu, ada berbagai produk rekayasa genetik lainnya, seperti vaksin dan pakan ternak, yang telah digunakan di Indonesia.
Namun, meski manfaatnya sangat besar, Bambang juga mengingatkan pentingnya pengelolaan yang hati-hati terhadap risiko yang mungkin muncul akibat penggunaan teknologi ini.
"Proses rekayasa genetik harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan," tegas Bambang.
Selain itu, Widiastuti, Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian Kemenko Pangan, mengungkapkan bahwa Indonesia terus belajar dari negara lain yang sudah lebih dulu menerapkan teknologi GMO.
"70 negara sudah menerapkan teknologi GMO, sementara di beberapa negara lain ada yang melarang penggunaannya. Di Indonesia, kita mengambil sisi positif dari pengalaman negara-negara lain untuk mengembangkan teknologi ini,” jelas Widiastuti.
Menurutnya, pemerintah mendukung penuh program pengembangan teknologi GMO dengan tetap memperhatikan potensi dampak yang mungkin ditimbulkan.
"Dalam setiap program pemerintah, kami terus melakukan kajian untuk memastikan dampak lingkungan dan sosial yang dapat ditimbulkan oleh GMO,” tambah Widiastuti.
Dalam hal ini, kerjasama antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan menguntungkan semua pihak.
Acara Konferensi Agrinovasi 2025 yang diselenggarakan oleh Edufarmers dan Pemuda Tani Indonesia resmi dibuka pada 22 Februari. Acara ini menandai pencapaian penting dalam mendorong inovasi pertanian dan kolaborasi di Indonesia.
Lebih dari 1.500 peserta hadir dalam konferensi ini, termasuk petani, pembuat kebijakan, pemimpin industri, startup agritech, dan investor, yang saling bertukar pengetahuan, ide, dan solusi untuk menghadapi tantangan serta memanfaatkan peluang di sektor pertanian Indonesia.