JAKARTA - Menikah bukan hanya tentang merayakan cinta, tetapi juga memerlukan persiapan yang matang, baik secara mental, emosional, maupun moral.
Kesiapan ini penting agar pasangan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam rumah tangga dan menghindari konflik yang dapat berujung pada masalah serius seperti ghosting atau Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, menekankan pentingnya memiliki dasar moral yang kuat sebelum menikah. Menurutnya, moral memungkinkan seseorang membedakan mana yang baik dan buruk, tetapi jika tidak dilatih dengan baik, hal itu bisa terabaikan.
"Setiap manusia sebenarnya memiliki moral, karena Tuhan telah memberikan kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah. Namun, jika tidak distimulasi dengan baik, moral itu bisa tidak berkembang dengan optimal," ujar psikolog yang akrab disapa Romi seperti dikutip ANTARA.
Ia menjelaskan moral perlu dilatih secara menyeluruh, termasuk mengembangkan empati, kemampuan memahami orang lain, serta mengasah kontrol diri dan kesadaran.
Kurangnya kontrol diri dapat menyebabkan seseorang kehilangan kepercayaan diri, kesulitan mengungkapkan perasaan, dan minim empati terhadap pasangannya. Oleh karena itu, dalam memilih pasangan, penting untuk memperhatikan apakah mereka memiliki sifat-sifat positif seperti kebaikan hati (kindness), rasa hormat (respect), toleransi, serta sikap adil (fairness).
"Sikap-sikap ini akan membentuk karakter seseorang yang baik secara moral dan mampu menciptakan keluarga yang harmonis," tambahnya.
Selain kesiapan moral, pasangan juga perlu memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah rumah tangga. Romi menjelaskan bahwa dalam pernikahan, konflik adalah hal yang wajar, tetapi yang terpenting adalah bagaimana pasangan menghadapinya.
"Diperlukan kemampuan dalam menganalisis masalah dan mencari solusi bersama. Pasangan harus berjuang bersama menghadapi tantangan, bukan malah menghindarinya hingga melakukan ghosting," ujarnya.
BACA JUGA:
Komunikasi juga menjadi faktor kunci dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Pasangan harus belajar menyampaikan perasaan dengan cara yang benar dan asertif, yaitu mengungkapkan keinginan tanpa menyakiti perasaan pasangan.
Sebaliknya, komunikasi yang agresif—seperti membentak, memaki, atau bahkan melakukan kekerasan fisik—dapat menjadi pemicu utama KDRT. Begitu pula dengan komunikasi pasif yang ditandai dengan sindiran atau kata-kata yang menyakiti secara tidak langsung.
Lebih lanjut, Romi menyarankan agar calon pasangan saling mengenal kepribadian masing-masing sebelum menikah. Hal ini penting agar mereka tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi setelah membangun rumah tangga.
"Adaptasi dalam pernikahan berarti mencari titik tengah dari harapan masing-masing pasangan. Jika hal ini tidak bisa dilakukan, maka konflik yang berkelanjutan akan sulit dihindari," tutupnya.