5 Tips Membangun Komunikasi yang Sehat dengan Anak
Ilustrasi kehangatan keluarga (Pexels/elly Fairytale)

Bagikan:

JAKARTA – Pola komunikasi besar pengaruhnya pada perkembangan anak, baik perkembangan mental maupun kognitif. Apabila komunikasi tidak berjalan dengan baik serta lancar dapat berefek negatif.

Komunikasi yang sehat juga memiliki peran besar menciptakan rasa nyaman dan aman. Apalagi saat ini anak lebih banyak waktu di rumah atau bersama orang tua. Artinya, orang tua perlu memiliki cara untuk memperkuat ikatan emosional dengan anak.

Agar komunikasi terbangun sehat, Anda dapat mengikuti tips berikut di bawah.

Diawali dengan mengajukan pertanyaan

Pertanyaan dapat memantik banyak cerita dari anak. Namun, hindari mengajukan pertanyaan yang intimidatif. Sebab pertanyaan yang intimidatif membuat anak justru merasa tertekan dan cenderung ingin menyembunyikan kesalahan atau hal yang tak ia ingin ceritakan.

Misalnya, Anda dapat mengawali komunikasi dengan pertanyaan “Kak, gambarmu bagus, gimana cara buatnya?”. Semakin pertanyaan spesifik, maka anak lebih mudah terbuka untuk bercerita.

Meluangkan waktu khusus

Sesibuk apapun orang tua, meluangkan waktu khusus bersama anak adalah cara membangun kedekatan emosional. Tanpa sepengetahuan orang tua, mungkin anak menyimpan berbagai ide atau gagasan bahkan mungkin perasaan yang tidak mengenakkan.

Artinya, meluangkan waktu khusus untuk diisi aktivitas bersama anak itu penting sekali. Mengapa? Semakin anak merasa dekat, ia akan lebih nyaman bercerita apa saja.

Memberikan contoh yang baik

Contoh yang baik meliputi mengontrol emosi. Ini akan berkaitan dengan tips sebelumnya, anak akan merasa aman jika orang tua tepat mengekspresikan perasaannya. Misalnya, hindari lekas marah sebab anak melakukan kesalahan. Beri saja contoh yang baik bagaimana cara mengatasi kesalahan.

Paling sederhana, jika bersalah adalah minta maaf. Kemudian, arahkan anak untuk mencari solusi versi dia.

Arahkan cara mengelola emosi

Seringkali, anak tidak mengenali bagaimana perasaannya. Bagaimana itu rasa marah, senang, bahagia atau bahkan rasa bosan. Kemampuan berbahasa pada anak mungkin terbatas sehingga ia terbata dalam mengekspresikan perasaannya.

Tetapi, mengenali perasaan dapat meminimalisir tantrum. Dapat juga mendidik anak agar bisa lebih mengelola emosinya. Untuk itu, cobalah untuk mengarahkan anak mengenali bagaimana perasaannya.

Kenali setiap perubahan pada anak

Saat masih balita, pengetahuan anak sangat bergantung dari arahan orang tua. Pada usia tersebut, anak akan banyak bertanya sebab penasaran dengan yang ia temukan di sekitarnya. Setelah beranjak dewasa, anak akan lebih mandiri.

Ditambah fasilitas teknologi yang membuatnya mudah menemukan apa saja di sana. Agar tetap bermanfaat positif, kenali perubahan yang terjadi pada sikap anak. Tetaplah memberi kontrol dalam mengakses telepon pintar.

Secanggih-canggihnya fasilitas pendidikan, anak tetap membutuhkan bimbingan dan kedekatan emosional dengan orang tua agar perkembangan psikologisnya terjamin. Artinya, tidak ada yang bisa menggantikan pola komunikasi sehat dengan orang tua.