4 Mitos Tentang Hubungan Pertemanan yang Penting Diketahui
Ilustrasi mitos tentang hubungan pertemanan (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Memiliki bestie atau teman dekat penting untuk kesejahteraan. Menurut survei pada 308.000 orang, orang-orang yang tidak memiliki teman atau hubungan pertemanan yang baik, kemungkinan dua kali lebih besar untuk meninggal usia dini. Pada intinya, survei ini menganalisis risiko kesehatan terkait kurang memiliki teman.

Banyak literatur akademis mengeksplorasi hubungan pertemanan dalam kaitannya dengan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Seorang spesialis dan psikiatris Britt Frank, MSW., LSCSW., SEP., menjelaskan apa-apa saja yang mitos dan fakta mengenai hubungan pertemanan. Berikut penjelasannya melansir Psychology Today, Senin, 16 Oktober.

1. Setiap orang membutuhkan sahabat

Kalau didasarkan kebutuhan, suatu hal akan terasa berat. Bersahabat, memang tidak selalu memungkinkan karena kedekatan dan frekuensi saling memberikan kabar terkadang sulit untuk dipertahankan pada usia dewasa. Menurut pakar hubungan Esther Perel, Anda bisa beralih berkontak dengan satu orang ke orang lain untuk memberikan makna dan perasaan yang berkesinambungan. Tetapi ini juga bisa jadi beban, karena terlalu berat. Jelas Frank, Anda tidak perlu menemukan satu-satunya sahabat terbaik untuk mendapatkan kesehatan dari koneksi. Hanya saja, Anda mungkin memerlukan orang yang nyaman untuk sama-sama berbagi cerita.

mitos tentang hubungan pertemanan
Ilustrasi mitos tentang hubungan pertemanan (Freepik/marymarkevich)

2. Persahabatan membutuhkan banyak waktu

Pada kenyataannya, persahabatan bukan tentang kuantitas tetapi kualitas. Tidak hanya hubungan persahabatan, hubungan apapun tidak dapat dibangun tanpa landasan yang membutuhkan waktu, energi, dan kesengajaan. Artinya, kita tidak perlu mendefinisikan bagaimana dan apa komposisi hubungan persahabatan. Kedekatan dan kehangatan dalam hubungan pertemanan, dapat dibangun hanya dalam waktu sesaat maupun menahun. Lebih jauh lagi, kompleksitas hidup tidak memungkinkan kita menghabiskan banyak waktu untuk mengharapkan persahabatan.

3. Teman sosial media tidak dihitung sebagai teman

Situs sosial media saat pertama kali populer, banyak orang mengambil tindakan personal untuk bertemu dengan teman atau bahkan pasangan. Saat ini, mungkin anggapan sinis telah dinormalisasi. Frank bercerita, ia memiliki banyak kontak teman dalam ranah digital, seperti dari Zoom dan Facetime. Artinya, apabila sosial media adalah ruang di mana Anda merasa terhubung, divalidasi, dan didukung, maka tidak ada alasan untuk mengabaikan teman online Anda. Mungkin bertatap muka lebih menguntungkan, tetapi manfaat persahabatan secara keseluruhan tetap saja bisa didapat dengan cara ini.

mitos tentang hubungan pertemanan
Ilustrasi mitos tentang hubungan pertemanan (Freepik)

4. Persahabatan itu bersifat selamanya

Teman tidak selalu selamanya. Tetap menjalin hubungan karena takut terlihat tidak setia, termasuk bentuk pengkhianatan terhadap diri sendiri lho, tulis Frank. Jadi, kenali batasan Anda dan jika hubungan pertemanan telah merugikan atau melewati batas, tak apa mundur selangkah atau menutup halaman sementara. Penting diketahui, tidak ada aturan pasti yang mengatakan Anda harus mempertahankan orang lain dalam hidup. Kalau Anda tidak merasa nyaman atau hubungan terasa toksik, Anda boleh merasa sedih tetapi tak perlu juga tetap berada dalam hubungan yang tak sehat.

Banyak sekali konsep persahabatan, tetapi menetapkan batasan dengan cara mengatakan tidak, mengatasi konflik, mengkhawatirkan teman-teman Anda tanpa mengorbankan ketenangan Anda, semuanya merupakan topik yang berguna dan penting.