Meski Diupayakan untuk Melindungi Ego, Kenali Sisi Buruk dari Sikap Defensif
Ilustrasi sisi buruk dari sikap defensif sebagai mekanisme pertahanan (Freepik/fxquadro)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Sikap defensif merupakan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk mengatasi perasaan stres atau kecemasan. Selain diupayakan untuk melindungi ego, kebanyakan orang tidak menyadari telah bersikap defensif.

Mekanisme pertahanan penting diidentifikasi untuk memahami cara merawat diri sendiri dengan baik, termasuk yang bersifat adaptif atau maladaptif serta akar penyebab atau pemicunya. Pasalnya, sikap defensif yang tidak dipertimbangkan matang berbasis kesadaran, perasaan, dan situasi aktual, bisa membahayakan diri dan orang lain. Dengan mekanisme pertahanan yang matang, mungkin akan membuat Anda menerima kenyataan bahkan termasuk fakta yang tidak disukai. Biar enggak “lari dari kenyataan”, identifikasi sisi buruk dari sikap defensif berikut ini.

1. Penghindaran

Penghindaran adalah sikap defensif yang digunakan untuk menghindari penanganan masalah yang dihadapi. Dengan menghindar, seseorang tidak akan merasa tidak nyaman tanpa berusaha memahaminya. Melansir VerywellMind, Senin, 21 Agustus, penghindaran dilakukan dengan menghindari tempat atau orang yang mengganggu kenyamanan hidup. Cara ini bukan solusi berkelanjutan dan justru dapat menambah situasi stres. Jadi, paling tepat adalah dengan menerima kenyataan, mengatasi, dan menyelesaikan situasi yang mengganggu kenyamanan secara langsung akan sangat membantu.

sisi buruk dari sikap defensif sebagai mekanisme pertahanan
Ilustrasi sisi buruk dari sikap defensif sebagai mekanisme pertahanan (Freepik)

2. Penyangkalan

Penyangkalan atau penolahan digunakan untuk menghindar dari urusan yang membuat stres. Ketika dalam situasi ini, mereka menolak menerima kenyataan. Jika Anda baru saja menerima berita mengejutkan atau mengubah hidup, penyangkalan mungkin dapat memberi waktu untuk menerima kenyataan baru. Namun, Anda perlu segera bangkit dari penolakan ini agar tetap bisa melanjutkan hidup selaras dengan kenyataan yang dihadapi.

3. Distorsi

Distorsi adalah salah menafsirkan lingkungan karena hanya melihat apa yang ingin Anda lihat, bukan yang sebenarnya terjadi. Lewat otak bawah sadar, seseorang yang terdistorsi mungkin mencari data pendukung untuk meyakinkan diri dengan mengabaikan bukti. Tujuan dari mekanisme pertahanan ini ialah untuk melindungi ego dan menganggap diri benar.

Salaj satu jenis distorsi adalah khayalan, yang mana muncul sebagai respons terhadap perasaan, seperti kesepian atau ketidakmampuan. Ada dua jenis khayalan, yang adaptif dan maladaptif. Khayalan adaptif contohnya ketika mempercayai horoskop, mereka hanya memilih apa yang menurutnya benar. Khayalan maladaptif, contohnya seseorang yang menyangkal keberadaan virus yang bikin penyakit sehingga memengaruhi cara seseorang dalam menjaga kesehatannya.

sisi buruk dari sikap defensif sebagai mekanisme pertahanan
Ilustrasi sisi buruk dari sikap defensif sebagai mekanisme pertahanan (Freepik)

4. Represi

Dengan represi, seseorang akan memblokir perasaan dan emosi yang menyakitkan atau berlebihan. Seseorang mungkin tak memiliki kendali atas emosi dan pikiran, berbeda dengan supresi yang disadari dan disengaja sehingga memilih untuk tidak berinteraksi atau berbicara tentang pikiran, perasaan, atau situasi yang menyusahkan.

5. Intelektualisasi

Dengan intelektualisasi, orang menggunakan nalar, logika, dan fakta untuk menghindari perasaan atau situasi tidak nyaman. Sering kali, orang menggunakan mekanisme pertahanan ini untuk menghindari berurusan dengan emosi mereka.

6. Pemindahan

Karena didorong perasaan sulit dan frustasi, impuls dipindahkan pada orang atau objek yang tidak terlalu mengancam. Misalnya, saat seseorang dimarahi oleh atasannya dan mengalami hari buruk di tempat kerja, mungkin tidak mengatakan apapun secara langsung kepada atasannya. Namun, mereka pulang lalu membentak anaknya untuk melampiaskan rasa frustasi mereka.

Di samping enam sisi buruk dari sikap defensif di atas, banyak mekanisme pertahanan terjadi secara tidak sadar sebagai upaya untuk melindungi ego dan menghindari perasaan, pikiran, atau impuls yang tidak nyaman. Akan sangat membantu apabila Anda bisa memahami bagaimana mekanisme pertahanan tersebut muncul sebagai reaksi negatif. Dengan begitu, kesadaran terbangun dan memperluas pilihan Anda tentang bagaimana harus bereaksi ketika situasi atau perasaan stres muncul.