6 Alasan Mengapa <i>Post-Coital Dysphoria</i> atau Sedih Setelah Berhubungan Seks Bisa Terjadi
Ilustrasi (Ron Lach/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Setelah sesi bercinta usai, umumnya Anda dan pasangan akan merasa tenang dan bahagia. Tapi, apa yang terjadi jika rasa sedih kerap melanda setelah berhubungan badan? Menurut pakar, ini normal dialami dan disebut dengan post-coital dysphoria (PCD).

Post-coital dysphoria merupakan perasaan sedih, depresi, atau cemas yang muncul setelah berhubungan seksual. Perasaan ini bisa bertahan selama beberapa menit hingga beberapa jam. Kemunculannya pun acak, ada yang hanya sekali, beberapa kali, atau kerap terjadi tiap melakukan hubungan seks. 

Lalu, apa penyebab post-coital dysphoria? Berikut penjelasannya, dilansir dari Psychology Today, Jumat, 11 Agustus.

Respon hormonal

Saat orgasme, tubuh dibanjiri dengan lonjakan hormon. Sayangnya, setelah orgasme berakhir terjadi penurunan hormon yang signifikan. Penurunan jumlah hormon ini dapat membawa dampak negatif seperti rasa sedih, cemas, dan depresi.

Masalah dalam hubungan

Ketidakpastian tentang keadaan hubungan turut ambil andil menyebabkan perasaan negatif yang dirasakan seseorang setelah berhubungan seks. Terutama jika seks dilakukan untuk menyelamatkan hubungan atau berhubungan seks dengan keyakinan bahwa setelah ini keadaan jadi lebih baik.

Masalah bentuk tubuh

Hal ini berkaitan dengan rasa kurang puas dengan kondisi fisik. Selain kekhawatiran muncul dari cara seseorang memandang tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki permasalahan dengan body issue juga cemas dan bertanya-tanya tentang pendapat pasangan tentang tubuhnya. Hal ini lantas mengarah ke post-coital dysphoria.

Performa seksual

Sama seperti orang yang mengalami body issue, kekhawatiran akan performa seksual juga sebabkan sedih pasca berhubungan intim. Pertanyaan seputar pendapat pasangan tentang performa seksual akan berkelebat dalam pikiran. Tanpa menyampaikan pandangan-pandangan itu pada pasangan, tanpa sadar bisa jadi sumber kecemasan dan depresi yang cukup besar bagi sebagian orang.

(Pexels/Cottonbro)

Kurang orgasme

PCD juga bisa disebabkan jika pasangan tidak mencapai orgasme. Ada banyak alasan fisiologis, emosional, dan sosial mengapa seseorang tidak mengalami orgasme. Namun demikian, kurangnya orgasme pada satu orang dapat menyebabkan kesedihan dan depresi pada orang lain. Selain itu, individu yang tidak mengalami orgasme, juga dapat mengalami PCD karena mempertanyakan ketidakmampuan orgasmenya.

Seks untuk memperbaiki hubungan

Jika Anda memiliki masalah dalam hubungan, melakukan aktivitas seksual bukanlah solusi memperbaiki. Seks saat ada masalah justru bisa timbulkan beban emosional. Terutama jika seks digunakan demi mencegah berakhirnya hubungan.

Jika Anda atau pasangan mengalami PCD, solusi terbaik adalah membicarakan ketakutan dan kecemasan yang dirasakan. Teknik lain yakni dengan sexual aftercare untuk membantu meningkatkan kesenangan dan keintiman.

Seks bisa menjadi pengalaman menyenangkan, tetapi PCD dapat berdampak negatif pada aktivitas intim ini. Mengakui dan mengenali asal mula perasaan negatif serta merawatnya dengan benar, dapat meningkatkan kesejahteraan seksual.