Galeri Indonesia Kaya Kembali Dibuka, Ini Deretan Pertunjukan Seni Nusantara yang Siap Tampil
Tompi (kedua dari kanan) hadir dalam pembukaan Galeri Indonesia Kaya (Ivan Two Putra/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Berdiri sejak tahun 2013 lalu, Galeri Indonesia Kaya sempat ditutup lebih dari 2 tahun karena pandemi. Dengan tampilan baru, GIK yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia akan kembali dibuka untuk publik pada Sabtu, 13 Mei.

GIK hadir dengan memadukan konsep edukasi dan digital multimedia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan, terbuka untuk umum, dan tidak dipungut biaya.

Renitasari Adrian selaku Program Director Galeri Indonesia Kaya mengucap terima kasihnya atas dukungan banyak pihak. Ia menyebut GIK yang kembali dibuka tak lepas dari peran para pekerja seni, rekan-rekan media, dan para pecinta seni Indonesia.

“Selama bertahun-tahun, GIK telah menjadi salah satu panggung budaya bagi para seniman dan komunitas kreatif. Dalam rentang waktu 10 tahun sejak diresmikan, kita telah kehilangan berbagai pekerja seni yang sempat menampilkan karyanya di panggung GIK ini. Semoga dengan kehadiran #GIKwajahbaru ini dapat mendorong berbagai komunitas kreatif untuk menciptakan ide-ide baru dan mengembangkan lebih banyak lagi orang-orang kreatif di masyarakat Indonesia,” ujar Renitasari saat konferensi pers di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Jumat, 12 Mei.

Adapun pembukaan GIK kembali ini akan mengangkat tema Bhinneka Tunggal Ika, yang nantinya akan ada banyak pertunjukan seni yang beragam sepanjang Mei ini. Pada acara pembukaan GIK menghadirkan Tompi, Sri Panggung, dan Danang Suryonegoro.

Nantinya, GIK yang hadir sebagai panggung budaya akan menyediakan ruang pertunjukan seni berupa auditorium dimana para pekerja seni dapat melakukan berbagai kegiatan seperti workshop, tarian, teater, monolog, pertunjukan musik, apresiasi sastra, pemutaran film dan lain sebagainya.

Auditorium utama GIK berkapasitas 150 orang dan didukung berbagai fasilitas untuk menunjang penampilan yang maksimal dan membuat mereka yang datang untuk menonton terpuaskan. Setiap pelaku seni memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan auditorium, baik untuk latihan maupun pertunjukan.

Selain menampilkan ragam budaya nusantara di panggung budaya auditorium, konsep desain GIK tetap mengangkat kekhasan Indonesia dalam interior, seperti sentuhan rotan dengan motif pucuk rebung dan kembang tanjung dan motif parang (pada ceiling).