Pakar Ungkapkan, Kepribadian Introvert Cenderung Fokus pada Kehidupan Batin
Ilustrasi kepribadian introvert yang cenderung pada kehidupan batin (Freepik/rawpixel.com)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Setiap orang tentu merasakan kerepotan hidup. Itu berarti bahwa setiap kepribadian, baik itu introvert maupun ekstrovert dapat mencari kebahagiaan dan mengatasi kerepotan hidup. Sebuah penelitian terbaru, mengaitkan kepribadian introversi dengan kecenderungan fokus batin, apakah kecenderungan ini menghalangi atau justru menemukan caranya sendiri kea rah peningkatan diri?

Profesor Emerita di Psychological and Brain Sciences, Universitas Massachusetts, Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., mengatakan bahwa banyak cara bisa dilakukan agar tidak stress. Termasuk menemukan kegembiraan dalam pengalaman sehari-hari atau mungkin dari sesuatu yang sederhana.

Dalam literatur psikologis, disebut ‘peningkatan’ ketika Anda merasa suatu peristiwa membuat Anda bersinar. Ini sesederhana ketika Anda keluar ruangan dan mendapat dukungan dari orang terdekat dengan merangkul bahu Anda. Kalau menurut Natasha DeMeo dari Pennsylvania State University dilansir Psychology Today, Rabu, 29 Maret, momen peningkatan dan kerepotan membentuk pengalaman yang berimplikasi pada kesehatan dan kesejahteraan.

kepribadian introvert
Ilustrasi kepribadian introvert yang cenderung pada kehidupan batin (Freepik/rawpixel.com)

Introvert mungkin lebih sedikit memiliki peningkatan, temuan penelitian DeMeo dikutip Whitbourne. Ekstrovert mungkin lebih mudah mencari dan menikmati pengalaman menyenangkan. Tetapi karena introvert fokus dengan batin yang lebih besar, maka lebih kecil kemungkinannya memanfaatkan efek peningkatan yang disebut sebagai penyangga stress ini.

Introvert juga menunjukkan reaktivitas emosional dan fisiologis yang lebih besar terhadap stressor eksternal. Mereka juga cenderung tidak melihat diri sendiri sebagai rekan dan memiliki pandangan suram tentang situasi stress daripada seorang yang sangat ekstrovert.

Penelitian yang dilakukan DeMeo melibatkan 245 peserta berusia 25-65 tahun yang tinggal di Bronx. Beragam ras dan etnis, hampir dua pertiganya adalah kulit hitam non-Hispanik, dan seperempatnya adalah Hispanik; tiga perempat memiliki gelar sarjana atau setidaknya mengikuti beberapa mata kuliah. Mereka diminta melaporkan peristiwa kecil yang memengaruhi dengan cara yang positif. Berdasarkan temuan DeMeo, introvert mendapatkan lebih sedikit kegembiraan di hari-hari mereka. Mereka kurang peka terhadap penghargaan. Tamba Whitbourne, sebenarnya introvert saja bukan satu-satunya faktor. Kurang gembira karena hal-hal sederhana juga dipengaruhi depresi, kecemasan, dan neurotisme.

Orang yang cenderung berfokus pada kehidupan batin, tampaknya lebih tahan terhadap kemungkinan kalau pengalaman biasa menghasilkan aliran perasaan positif. Ini membuat mereka menghadapi kerepotan sekaligus terhalang pada kesenangan sederhana. Sebagai rekomendasi dari Whitbourne, baik itu kepribadian introvert maupun ekstrovert, perlu menemukan kegembiraan dalam pengalaman sederhana. Ini tidak hanya membangun ketahanan, tetapi juga kepuasan hidup.