Tidak Bahagia dalam Hubungan Cinta? Kata Pakar: Ini Siklus Pasang Surut yang Wajar
Ilustrasi hubungan cinta yang tidak bahagia (Pexels/Cottonbro Studio)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Hampir setiap orang punya harapan bahagia dalam hubungan cintanya. Tetapi, menurut pakar, pasang surut hubungan cinta itu wajar kalau kadang merasa tak bahagia. Lantas apakah ini termasuk tanda harus berpisah? Atau bisa diperbaiki dan hubungan terasa segar kembali?

Pada satu momen, mungkin Anda dan pasangan terputus komunikasi. Mungkin juga lebih sering bertengkar dari biasanya. Bisa juga tak merasakan pendar bahagia karena bosan. Karena situasi tersebut, banyak pasangan yang menyerah dan keluar dari hubungan. Tetapi menurut seorang terapis, merasa tidak bahagia dalam suatu hubungan tidak selalu berarti saatnya untuk keluar dari komitmen.

Menruut konselor pasangan dan terapis seks berlisensi, Jessa Zimmerman, M.A., sebenarnya normal tidak merasa bahagia dalam suatu hubungan dari waktu ke waktu. Jelasnya dilansir Psychology Today, Senin, 13 Februari, setiap orang tidak akan bahagia 100 persen sepanjang hidupnya. Anda mungkin mengerjakan aktivitas untuk mengejar impian. Tetapi tidak berarti tidak akan ada hari Anda merasa stres atau bahkan tak punya ambisi sama sekali.

hubungan cinta yang tidak bahagia
Ilustrasi hubungan cinta yang tidak bahagia (Pexels/Rodnae Productions)

Termasuk juga dalam hubungan romantis, hubungan juga memiliki siklus pasang surut dan wajar dialami kalau tak selalu bahagia. Kalau menurut Zimmerman, hubungan romantis cenderung melalui siklus kenyamanan dan siklus pertumbuhan. Siklus kenyamanan adalah periode di mana hubungan terasa positif, mantap, dan otomatis. Tatkala pada siklus ini, kita menikmati apa yang terjadi dan mendapatkan keuntungan dari apapun yang telah dilakukan.

Siklus pertumbuhan, adalah periode ketika salah satu atau kedua pasangan tidak senang dengan sesuatu dalam hubungan tersebut. Ini saatnya memerlukan perubahan, upaya lebih, dan tumbuh. Pada siklus ini pula, setiap orang yang berpasangan perlu peduli dengan apa yang dibutuhkan pasangan. Dengan kata lain, merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam hubungan tidak selalu menandai harus putus. Sebaliknya, Zimmerman berpendapat bahwa pada dasarnya semua pasangan psti akan melalui periode tidak puas. Ketika merasakan ini, tantangan perlu dilalui dan kegembiraan serta kenyamanan akan menyusul setelahnya.

Penting dipahami, ketidakbahagiaan harus segera direspons dan diupayakan untuk menjadi sebaliknya. Jangan sampai, momen bosan dan tak bahagia dibiarkan tak terkendali. Tetapi, apabila terdapat tanda tertentu, seperti yang diungkapkan Zimmerman, maka saatnya Anda mempertimbangkan untuk berpisah.

“Jika pasangan Anda secara konsisten tidak mau datang ke meja untuk menyelesaikan masalah sehingga Anda berdua bahagia, jika mereka mengurangi kekhawatiran Anda, jika mereka mempermalukan Anda, jika mereka tidak menunjukkan tanda-tanda peduli pada kesejahteraan Anda, maka ini adalah situasi yang tidak mendukung hubungan terus berlanjut,” kata Zimmerman.

Sarannya, cobalah memulai percakapan terbuka tentang Anda dan apa yang tidak berhasil bagi Anda. Selain itu, berbagi kekhawatiran tanpa menyalahkan dengan intensi saling mendengarkan serta memecahkan masalah bersama-sama akan membantu untuk tetap bisa meneruskan hubungan. Dari rekomendasi tersebut, Anda dapat mengidentifikasi perubahan yang bagaimana bisa ditempuh sehingga hubungan akan bahagia lagi.