5 Dampak Negatif dari Pribadi Terlalu Baik, Pakar Psikolog Klinis Beri Penjelasan
Ilustrasi sisi rentan yang dialami orang terlalu baik (iStockphoto)

Bagikan:

PALEMBANG- Banyak dampak buruk yang disebabkan dari menahan emosi negatif. Seseorang yang menahan emosi negatif akan mengalami kecemasan, kecanduan, hingga depresi. Ini yang kerap dialami oleh orang yang terlalu baik. Secara fisik, mereka yang peka terhadap perasaan orang lain, bahkan bisa membunuh keinginan asli dan menetapkan secara tegas.

Menurut psikologi klinis yang telah berpengalaman selama 45 tahun, Robert Taibbi, LSCW., orang baik selalu menjadi sukarelawan untuk tugas yang tidak diinginkan, bahkan oleh siapa pun. Misalnya, ia selalu siap membantu meski banyak urusan yang harus diselesaikan. Mereka, orang yang terlalu baik, peka terhadap perasaan orang lain, mudah bergaul, dan jarang berdebat.

Secara bintang, memang terlihat banyak yang disukai. Tetapi secara mental, orang terlalu baik ternyata enggak baik untuk dirinya sendiri. Taibbi menjelaskan apa saja yang rentan dialami orang terlalu baik dilansir  Psychology Today,  berikut ini.

1. Menahan emosi negatif yang secara alami muncul

Secara alami, manusia memiliki berbagai emosi, selain emosi positif juga emosi negatif. Orang yang terlalu baik, cenderung menginternalisasi atau menahan emosi negatif. Hasil dari keseringan tidak mengalirkan emosi negatif secara tepat, yaitu depresi, kecemasan, hingga kecanduan.

2. Bertindak di luar kebiasaan

Apabila diliputi kecemasan dan depresi, terutama karena menahan perasaan negatif, seseorang berisiko bertindak di luar kebiasaan. Taibbi mencontohkan perilaku di luar kebiasaan, antara lain one night stand dalam perjalanan bisnis, pergi ke pesta, kemarahan tak terkontrol, hingga marah pada orang secara salah. Ini dilakukan untuk melepaskan tekanan, tetapi caranya enggak tepat.

3. Selalu mengkritisi diri sendiri

Seseorang, kadang menjadi baik karena cenderung menyalahkan diri sendiri daripada orang lain. Ini menyebabkan orang lain bertindak satu hal yang harusnya tidak dilakukan. Ini cara hidup yang ‘menyedihkan’ menurut Taibbi. Karena jika ada satu hal yang tidak seharusnya dilakukan orang lain, misalnya pelecehan secara verbal atau bahkan fisik, perlu diatasi bukan diterima karena menganggap diri salah.

4. Kebencian yang menumpuk

Menumpuk kebencian sering kali dapat memicu manipulasi. Tetapi terkadang hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengkomunikasikannya. Namun tak jarang justru hanya mengharap orang lain tahu tanpa mengekspresikan apa yang dibutuhkan.

5. Sering merasa jenuh

Jika melakukan hal berat sepanjang waktu, menahan perasaan dan selalu menjadi orang baik, seseorang bisa rentan mengalami keruntuhan. Mungkin kelelahan, sakit secara fisik, atau depresi berat. Kelelahan, mungkin menjadi tanda kalau Anda perlu istirahat hingga pulih kembali. Pun dengan tanda lainnya, yang nyatanya perlu dievaluasi berkaitan dengan kebutuhan emosional.

Lantas apakah berarti tidak perlu bersikap baik? Tentu saja tidak, kata Taibbi. Tetapi perlu dibedakan mana yang bernilai dan mana yang membuat Anda cemas. Ketika kebaikan Anda memicu kecemasan, maka evaluasi kembali apa yang tidak harus Anda lakukan. Sebisa mungkin, Anda melakukan kebaikan bukan karena ‘harus’ tetapi menimbang kebutuhan diri sendiri.

Ikuti terus berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel . Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap untuk Anda.