Hindari Lakukan Hal Ini Agar Anak Anda Tidak Merasa <i>Insecure</i>
Bekah Russom/Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Anak-anak seringkali berhadapan dengan omelan orang tua bahkan sampai mengalami kekerasan fisik. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perilaku anak.

Terkadang orang tua atau orang di sekitar kita cenderung berpikir bahwa pengalaman masa kecil dan trauma tidak berdampak pada masa dewasa. Biasanya, pengalaman ini bukan hanya dari orang tua, bisa disangkutpautkan dengan saudara, teman atau keluarga lainnya yang menjadi "racun" bagi anak-anak. 

Karena itu, para orang tua diharuskan menjaga sikap agar anak-anak ketika nanti tumbuh dewasa tidak membawa pengalaman buruk untuk mereka.

 Chief Psycohologist dan Co-Founder KALM, Karina Negara dalam acara daring KALMnesia, Sabtu 10 Oktober menjelaskan bagaimana menghindari hal itu. Menurutnya, ada beberapa pengalaman masa kecil yang dapat membuat kita merasa insecure atau tidak aman.

 - Dihukum ketika mencoba berpendapat atau berperilaku yang berbeda

- Ditinggalkan tanpa penjelasan atau diancam akan ditinggalkan

- Tidak diapresiasi ketika melakukan hal yang baik

- Dipaksa untuk selaku mengikuti keputusan orang tua

- Dilarang menangis atau marah

- Dipukul ketika melakukan kesalahan 

- Disalahkan ketika orang tua merasakan emosi negatif

- Disiplin ketika tidak konsisten

- Terlalu banyak atau sering berganti pengasuh

- Sering dibandingkan dengan anak lainnya.

Dari sederet hal itu, Karina menuturkan para calon orang tua atau yang sudah berstatus memiliki anak harus belajar dari kesalahan. Seperti terhubung dengan inner child misalnya.

 "Terhubung dengan inner child bisa membuat kalian meningkatkan kualitas hubungan interpersonal. Selain itu, ada juga damai dalam hati dan lebih yakin untuk menyambut masa depan, karena sudah memahami diri sepenuhnya," jelas Karina.

Termasuk dalam Toxic Parents

Namun sebenarnya, hal-hal di atas juga bisa dikaitkan dengan istilah toxic parents. Karena tipe-tipe toxic parents juga termasuk seperti kekerasan, overprotective, belum siap atau tidak tahu bagaimana mengasuh anak, dan melepaskan tanggungjawab mengasuh anak.

Hasilnya, anak akan memiliki pengalaman masa kecil yang buruk dan berdampak di kehidupan dewasanya nanti. Misalnya saja anak bisa menjadi salah seorang yang dicap sebagai trouble maker.