Menurut Studi, Perbedaan Hasrat Bercinta Pasangan Suami Istri Tidak Memengaruhi Kepuasan
Ilustrasi studi tentang hasrat seksual pasangan suami istri (Unsplash/Sharon McCutcheon)

Bagikan:

JAKARTA – Hasrat bercinta bagi pasangan suami istri, tak selalu membara. Ada kalanya meredup bersamaan atau salah satu orang yang bersepakat dalam komitmen pernikahan. Sebuah studi menggali hasrat seksual dan perannya dalam menggenapi kepuasan hidup dalam bahtera rumah tangga.

Mengutip ulasan Sarah Hunter Murray, Ph.D. dipublikasikan Psychology Today, Rabu, 9 Februari, tidak banyak pasangan yang bisa menavigasi minat seksual –atau hasrat bercinta- dalam hal frekuensi seksual. Banyak sekali yang mengukur kepuasan dengan berapa lama bercinta dilakukan, berapa kali dalam seminggu atau sebulan, dan tidak sedikit yang setuju dengan ukuran tersebut.

Ketika satu orang memiliki hasrat bercinta yang lebih tinggi dan yang lain memiliki minat yang lebih rendah pada seks, jika terjadi terus-menerus dapat menyebabkan perselisihan, frustasi, rasa bersalah, dan kesusahan.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan di Social Psychological & Personality Science, para peneliti menganalisis data dari 3 studi berbeda terhadap pasangan dari Kanada dan Amerika Serikat sebagai partisipan. Totalnya 366 pasangan heteroseksual yang sebagian besar sudah menikah. Rata-rata lama hubungan 9 tahun, 8,3 tahun, dan 6,4 tahun. Usia partisipan antara 18-67 tahun.

Para peneliti meminta peserta untuk mengisi kuesioner untuk mengukur hasrat seksual mereka untuk pasangan mereka, kepuasan hubungan, dan kepuasan seksual. Hasil dari kuesioner, 299 pasangan melaporkan sang pria memiliki hasrat yang lebih tinggi. Sedangkan 115 pasangan melaporkan wanita memiliki hasrat yang lebih tinggi dan 22 pasangan melaporkan tingkat hasrat seksual yang sama.

Hasil eksprolasi hubungan antara hasrat dan kepuasan kehidupan asmara, penulis melaporkan bahwa ada perbedaan absolut yang lebih besar dalam hasrat seksual secara negatif terkait dengan keupasan hubungan dan kepuasan seksual bagi wanita maupun pria.

Ternyata, penulis menyimpulkan bahwa pasangan yang memiliki hasrat seksual yang cocok tidak lebih puas daripada mereka yang tidak cocok. Sebaliknya, mereka menemukan bahwa keseluruhan tingkat hasrat seksual pasangan dikaitkan dengan kepuasan seksual dan relasional.

Ini berarti, pasangan dengan ‘keinginan’ lebih tinggi secara keseluruhan maupun memiliki perbedaan keinginan bisa mendapatkan kepuasan seksual. Lebih jauh lagi, kepuasan dalam bahtera rumah tangga tidak melulu diukur dari seberapa sering atau siapa yang memiliki hasrat seksual yang lebih tinggi.