PALEMBANG- Penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) sudah mulai dilakukan oleh beberapa sekolah. Namun PTM yang digelar masih terbatas. Anak yang dari awal mendaftar sekolah hanya terkoneksi lewat layar laptop, komputer, atau tablet dengan guru dan murid lainnya kini bisa merasakan sensasi langsung di ruang kelas serta bertemu secara fisik.
Akan tetapi, perasaan Mama dan Papa tentu tidak tenang ketika anak-anak lain tampak bahagia dan bersemangat untuk berangkat sekolah, sementara anak Anda tidak sama sekali. Bahkan, untuk berangkat sekolah sudah sejak malam sebelumnya. Kegiatan yang dinantikan oleh sebagian anak ini menjadi menakutkan bagi mereka.
BACA JUGA:
Bagi anak-anak ini, sekolah menjadi hal yang berat. Ia sungguh tampak sangat bahagia setiap mendengar kata 'sekolah'. Begitu pula bagi orang tua . Merayu, motivasi, dan menjelaskan kepada anak mengenai ia harus pergi ke sekolah tanpa pasti sangat berat.
Katie Hurley, LCSW, psikolog anak dan dewasa yang mengungkapkan diri di bidang gangguan sekaligus penulis Buku The Happy Kid Handbook: How to Raise Joyful Children in a Stressful World,melansir Parenting, Rabu, 24 November, mengatakan bahwa penolak sekolah yang disebabkan karena atau depresi—atau yang disebut dengan fobia sekolah—yang dialami sekitar 2-5% anak-anak di setiap tahun ajaran. Menurutnya, fobia sekolah bisa dari tahap ringan dan akan hilang dalam beberapa hari atau bahkan berbulan-bulan karena kecemasan dan depresi parah.
“Penolakan sekolah adalah masalah emosional yang serius yang membuat stres bagi anak-anak dan orang tua,” ujarnya.Berikut ini ia menjabarkan gangguan-gangguan yang menyebabkan seorang anak melakukan penolakan untuk sekolah:
Kecemasan Berpisah
Umumnya, masalah ini terjadi pada anak-anak yang lebih muda, misalnya saja balita yang baru masuk prasekolah atau TK. Gangguan ini merupakan kecemasan berlebihan tentang perpisahan dengan orang tua saat harus pergi sekolah. Kecemasan tersebut meliputi ketakutan yang sangat besar akan bahaya dan termasuk kematian yang bisa menimpa orang tua ketika berpisah.
Kecemasan sosial
Anak-anak dengan kecemasan sosial cenderung memiliki pandangan terhadap pandangan dan penilaian teman sekolah atau gurunya. Beberapa ketakutan yang mereka miliki antara lain adalah tampil di depan umum, dihakimi, dan berinteraksi dengan anak lain.
Kecemasan dengan Situasi Baru
Anak-anak dengan keluhan umum memiliki pertanyaan terhadap peristiwa atau kegiatan misalnya bagaimana bila ia kebelet untuk buang air, bagaimana bila ia tidak sengaja terjatuh, dan lainnya. Pada akhirnya, kecemasan tersebut menyebabkan tekanan sosial, kinerja akademis, dan lainnya.
Pernah Mengalami Bullying
Nah, ini bisa menyebabkan anak trauma untuk bertemu dengan anak baru. Ia khawatir akan mengalami pengalaman yang sama.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel .