Bagikan:

JAKARTA - Meskipun terdengar lucu atau memalukan, kentut adalah hal yang sangat wajar dan menandakan sistem pencernaan berjalan dengan baik. Tapi, pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa kadang kentut bisa tak ada aroma bau. Padahal di lain waktu, bau kentut begitu menyengat hingga membuat orang sekitar kabur.

Peneliti mikrobioma usus dari University of Tubingen, Maximilienne Toetie Allaart mengatakan kentut adalah hal yang wajar dan tanda sistem pencernaan aktif.   Bukan hanya tubuh sendiri yang menghasilkan gas, tapi juga triliunan mikroba yang hidup di usus. Mereka membantu mencerna makanan dan prosesnya menghasilkan gas yang menjadi kentut.

"Mikrobioma usus unik seperti sidik jari. Tiap orang bisa memiliki komposisi mikroba yang berbeda," tulisnya, dikutip VOI dari laman The Conversation pada Minggu, 6 April.

Umumnya, mikroba usus bekerja sama mengubah molekul besar dari makanan, seperti gula, lemak, protein, dan serat menjadi molekul kecil, terutama asam lemak volatil dan gas. Asam lemak ini memberikan makan sel-sel di usus besar, sehingga gas yang keluar terkadang bunyinya pelan dan meledak.

Molekul besar dalam makanan terdiri dari karbondioksida, oksigen, hidrogen, dan sedikit nitrogen serta sulfur. Unsur-unsur ini memungkinkan mikroba usus memproduksi gas seperti karbon dioksida, hidrogen, metana, dan hidrogen sulfida. Dari semua gas ini, hanya hidrogen sulfida yang benar-benar bau. Hal itulah yang menimbulkan bau telur busuk saat kentut.

Gas juga bisa membawa molekul bau lainnya, seperti asam lemak volatil. Terdapat tiga asam lemak volatil utama, yakni asetat, propionat, dan butirat. Ketiganya bagus untuk kesehatan usus, namun aromanya menyengat seperti cuka, kaus kaki basah, dan muntah. Ini berdasarkan pengalaman laboratorium yang mencium langsung aromanya.

"Saya tahu dari pengalaman di laboratorium, baunya memang menyengat," tulisnya.

Ada juga molekul lain yang memang baunya seperti kentut, yaitu indol dan skatol. Molekul ini terbentuk saat asam amino triptofan, salah satu pembentuk protein yang mengalami fermentasi di usus besar.

Struktur molekul indol dan skatol tak bertahan lama di dalam tubuh, sebab bercampur dengan gas. Artinya, kedua molekul ini bisa ikut terbawa keluar dari usus lewat gas yang sebenarnya tidak menghasilkan bau.

Hidangan apa saja dikonsumsi berpengaruh pada seberapa banyak gas yang dikeluarkan. Makanan yang mengandung sulfur, seperti telur dan daging merah bisa menghasilkan hidrogen sulfida, gas yang paling bau.

Protein cenderung membuat gas jadi lebih bau, karena memicu proses yang disebut pembusukan di usus besar. Fermentasi protein berlebihan menghasilkan indol dan skatol. Fermentasi protein berlebihan ini tak hanya membuat kentut bau, tapi juga berisiko bagi kesehatan, seperti memicu kolitis ulseratif dan kanker usus.

Tapi bukan berarti Anda harus menghindari protein. Tubuh tetap membutuhkannya. Selama jumlahnya pas, protein akan dicerna di usus halus dan diserap tubuh. Masalah muncul kalau Anda makan protein terlalu banyak. Kelebihan protein masuk ke usus besar bisa menghasilkan bau kentut.

Sebaliknya, makanan kaya serat seperti kacang-kacangan juga membuat Anda kentut, tapi jenis gasnya beda. Karena tubuh kita tidak bisa mencerna serat sendiri, semuanya diproses ke usus besar untuk dicerna mikroba. Hasilnya, asam lemak sehat dan gas tidak menghasilkan aroma bau, seperti hidrogen dan karbon dioksida.