Bagikan:

 

JAKARTA - Ketua Umum Asoasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, turut memberikan masukan kepada pemerintah untuk merespon kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal yang ditetapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Shinta menyatakan, Apindo memandang bahwa isu ini perlu ditangani secara terkoordinasi dan kolektif antara semua pemangku kepentingan, baik itu pemerintah Indonesia maupun pelaku usaha.

Menurut Shinta, terdapat 4 rekomendasi yang diberikan Apindo kepada pemerintah karena ia menilai kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran, baik di kalangan dunia usaha maupun masyarakat luas

"Pertama menciptakan kesepakatan bilateral dengan AS untuk memastikan Indonesia bisa memperoleh akses pasar terbaik atau paling kompetitif di AS secara win-win," ujar Shinta, Kamis, 3 April.

Menurutnya, pemerintah perlu meyakinkan pemerintah AS bahwa ekspor Indonesia ke AS dilihat sebagai kepentingan AS untuk memperkuat daya saing industrinya, bukan sebagai ancaman terhadap pasar dan industri AS.

"Ini yang sedang kami dorong dan diplomasikan bersama dengam pemerintah Indonesia. Jad ikami sangat berharap upaya diplomasi ini bisa disambut dengan baik oleh pemerintah AS," lanjut Shinta.

Kedua, Shinta minta pemerintah untuk memperhatikan tarif impor produk Amerika ke Indonesia termasuk non tarif barriers-nya.

Ketiga, Shinta juga menyarankan pemerintah untuk lebih gencar memberikaan stimulasi diversifikasi pasar tujuan ekspor agar kinerja ekspor nasional lebih maksimal dan lebih stabil sekalipun terdapat kebijakan yang lebih restriktif terhadap ekspor Indonesia di AS.

"Kita juga perlu lebih memanfaatkan FTA dan CEPA yg sudah ada dan menyelesaikan yang sedang di negosiasikan seperti EU CEPA," sambung Shinta.

Terakhir, lanjut dia, pemerintah perlu mendukung revitalisasi industri padat karya serta melakukan deregulasi agar produk produk indonesia lebih kompetitif dan dapat lebih bersaing di pasar ekspor.

Menurutnya, diversifikasi menjadi bagian penting dari strategi jangka menengah. Negara-negara di ASEAN, Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika memiliki potensi besar sebagai pasar pengganti AS. Selain itu, penyelesaian perundingan IEU-CEPA juga semakin mendesak untuk dilakukan.

Diplomasi dagang dengan AS juga perlu mulai dilakukan secara intensif. Berbagai masukan substansial juga sudah disampaikan untuk memperkuat posisi tawar Indonesia, termasuk usulan untuk pendekatan tematik seperti kerja sama di sektor energi, critical minerals, dan farmasi, tanpa harus langsung masuk ke negosiasi FTA yang kompleks.

"Dunia usaha berharap agar bersama-sama dengan pemerintah kita terus jaga stabilitas iklim usaha di tengah dinamika global, dengan mengedepankan dialog dan kolaborasi erat antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk regulator dan pelaku usaha," tandas Shinta.