Dampak Pertambangan Liar, PT Timah Bukukan Kerugian Rp449,7 Miliar
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan kinerja perusahaan sepanjang tahun 2023. Dalam catatan tersebut diketahui TINS membukukan kerugian sebesar Rp449,7 miliar.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani mengatakan lambatnya pemulihan ekonomi global dan domestik serta tekanan harga log timah dunia di tahun 2023 akibat penggunaan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada penurunan ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.

Fina juga menyebut penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik berdampak negatif pada bisnis perseroan.

"Kondisi ekonomi global dan domestik yang belum membaik serta lemahnya permintaan logam timah global di tengah aktivitas penambangan tanpa izin berdampak pada kinerja perseroan di tahun 2023,” ujar Fina dalam keterangannya kepada media, Sabtu 30 Maret.

Selain mencatat kerugian, PT Timah juga mencatatkan penurunan produksi bijih timah sebesar 5.224 ton menjadi 14.855 ton dari tahun 2022 yang tercatat sebesar 20.079 ton. Penurunan juga terjadi pada produksi logam timah sebesar 4.485 menjadi 15.340 ton dari tahun 2022 sebesar 19.825 ton.

Dari sisi penjualan logam timah juga mengalami penurunan sebesar 6.420 ton menjadi 14.385 dari sebelumnya 20.805 metrik ton (MT)

Sementara itu harga jual rerata logam timah sebesar 26.583 dolar AS per MT atau lebih rendah 84 persen dibandingkan tahun sebelumnya 31.474 dolar AS per MT.

Sampai akhir tahun 2023, PT Timah mencatatkan ekspor timah sebesar 92 persen dengan 6 besar negara tujuan meliputi Jepang 17 persen, Korea Selatan 13 persen, Belanda 11 Persen, India 9 persen, Taiwan 9 persen dan Amerika Serikat 8 persen.

Adapun posisi nilai aset perseroan pada tahun 2023 sebesar Rp12,8 triliun. Sementara posisi liabilitas sebesar Rp6,6 triliun atau naik 9,7 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp6 triliun. Di samping itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada akhir tahun 2023 menjadi Rp3,5 triliun dari sebelumnya Rp2,8 triliun.

Fina mengatakan manajemen menyusun strategi dan kebijakan untuk menjaga kinerja perseroan melalui program peningkatan produksi seperti pembukaan lokasi baru, peningkatan kapasitas produksi tambang primer dan alat penambangan maupun alat pengolahan, memperbaharui IUP yang ada, melakukan survey lokasi dan inventarisasi kepemilikan lahan untuk membuka tambang darat baru serta peningkatan recovery dengan melakukan upgrading kembali dari sisa hasil pengolahan sebagai upaya peningkatan kinerja.

"Bersamaan dengan upaya perbaikan tata kelola pertambangan dan niaga timah oleh pemerintah, perseroan gencar melakukan pengamanan aset dan penegakan aturan serta kerja sama dengan pertambangan rakyat untuk mereduksi penambangan tanpa izin di wilayah konsesi pertambangan serta konsisten melakukan langkah strategis untuk meningkatkan kinerja operasi dan produksi," pungkas dia.