Usai Manjakan Pemegang Saham dengan Dividen, Begini Arah Bisnis BNI 2023
Foto: Dok. BNI

Bagikan:

JAKARTA – Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) Royke Tumilaar menyatakan perseroan optimistis dalam meningkatkan kinerja secara berkelanjutan.

Disebutkan bahwa secara umum tahun bisnis 2023 diprediksi sebagai periode yang penuh tantangan dengan masih berlanjutnya isu geopolitik, perlambatan ekonomi dan tekanan inflasi secara global.

Menurut dia, inflasi pun diperkirakan melandai ke 3,8 persen setelah meredanya dampak kenaikan harga BBM ke inflasi konsumen.

“Stabilnya ekonomi domestik ini tentunya akan menjadi katalis pertumbuhan bisnis yang sehat bagi perbankan,” ujar dia kepada wartawan pada Rabu, 15 Maret.

Royke menambahkan, dengan mempertimbangkan prospek dan potensi bisnis serta kondisi makroekonomi, pihaknya yakin pertumbuhan kinerja akan positif seiring dengan agenda transformasi yang masih berjalan.

“Kami telah menyusun rencana bisnis bank dengan indikator kinerja utama berupa pertumbuhan kredit hingga 10 persen dengan NPL Gross kurang dari 2,5 persen di penghujung tahun sehingga diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap profitabilitas dengan NIM di atas 4,8 persen dan ROE di kisaran 15,7-16 persen,” tuturnya.

Royke mengungkapkan untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, BNI mengembangkan solusi transaksi dan pembiayaan ekosistem digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang beragam.

Entitas usaha dengan ticker emiten BBNI itu diketahui fokus pada peningkatan Current Account Saving Account (CASA) dan Fee Based Income (FBI) yang sustain sekaligus meningkatkan ekspansi bisnis ke nasabah top tier.

“Tentunya kami juga akan melanjutkan transformasi human capital, culture, dan operasional sehingga lebih agile dan lean dalam mendukung bisnis. Kami juga memperkuat jaringan bisnis Internasional dalam mendukung penetrasi pasar global serta terus mengoptimalkan sinergi BNI Group dalam memperkuat posisi perusahaan anak,” terang dia.

Dalam kesempatan tersebut Royke memaparkan pula dividen sebesar Rp7,32 triliun atau setara dengan 40 persen laba bersih 2022 yang berjumlah Rp18,31 triliun.

Dividen itu sendiri dipecah Rp4,39 triliun untuk pemerintah karena menjadi pemegang saham mayoritas (60 persen) dan Rp2,92 triliun untuk pemegang saham publik (40 persen).

“Perseroan tetap optimis dapat membukukan pertumbuhan kinerja positif seiring dengan agenda transformasi yang masih berjalan di 2023,” tutup dia.