Kenali Perbedaan Uang Asli dan Palsu, Perhatikan Tiga Aspek Ini
Ilustrasi uang pecahan Rp100.000 (Foto dari Antara)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Masih banyak ditemukan kasus peredaran uang palsu di Indonesia. Panji Ahmad, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI), menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2022 dilakukan pengungkapan perederan uang palsu (upal) terbesar di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Oktober lalu.

Mengingat masih maraknya upal, masyarakat pun bertanya-tanya perbedaan uang asli dan palsu. Pihak BI menghimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan berpartisipasi mencegah peredaran uang palsu. Terlebih di masa-masa masuknya tahun politik, kemungkinan adanya potensi peredaran upal.

Peredaran uang palsu banyak merugikan atau menyasar masyarakat kelas menengah ke bawah. Untuk menghindari berbagai risiko dan kerugian akibat upal, setiap kalangan perlu tahu cara membedakan uang asli dan palsu.

Perbedaaan Uang Asli dan Palsu

BI pernah menyampaikan bahwa nominal uang yang paling banyak dipalsukan adalah uang kertas pecahan Rp100.000. Marlison Hakim, Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, mengatakan ada tiga hal yang bisa dijadikan ukuran untuk membedakan uang asli dengan palsu. 

Berikut tiga aspek untuk membedakan uang asli dan palsu:

Benang Pengaman 

Marlison mengatakan bahwa dalam uang kertas versi baru terdapat benang pengaman baru.

Benang pengaman yang bernama microlenses ini diklaim merupakan teknologi paling tinggi, baru, dan terbaik yang pernah diterapkan pada uang pecahan Rp75.000.

"Kami mengganti benang pengaman kita karena benang pengaman kita sebelumnya sudah 20 tahun. Jadi ini momen penting untuk kita mengganti benang pengaman khusus pada Rp100.000 dan Rp50.000 karena microlenses bisa berubah-ubah dan bergerak, itulah yang kita tonjolkan," ucap Marlison dalam Taklimat Media secara daring pada Desember 2022 lalu.

Memakai Alat Bantu Ultra Violet

Marlison juga mengungkapkan bahwa uang kertas baru juga dilengkapi dengan pengaman ultra violet di sejumlah sisinya. Contohnya pada uang pecahan Rp50.000, apabila dilihat memakai lampu ultra violet maka bisa terlihat unsur batik dan bunga di balik uang tersebut. Pada pecahan uang Rp100.000 akan tampak gambar kepulauan Indonesia yang menyala.

"Pecahan berikutnya kalau kita nyalakan ultra (violetnya) yang akan keluar warnanya asal dari daerah pahlawan tersebut. Misalnya Djuanda pada mata uang Rp 50.000 ia berasal dari Jawa Barat, maka pada saat dikenakan lampu ultra violet pulau Jawa lebih terang dibandingkan yang lainnya. Seterusnya begitu juga," kata Marlison.

Pada uang kertas baru juga terdapat teknologi cetak warna yang bisa bergerak-gerak pada sejumlah gambar di dalam uang. Teknologi ini bernama Optically Variable Magnetic (OVMI). 

"Ini juga salah satu unsur pengaman yang paling mudah dikenal masyarakat. Yaitu dengan kita menempatkan gambar bunga di sisi paling kiri, teknik cetaknya OVMI, yaitu perubahan warna dengan dinamis bergerak yang kalau melihat bergerak dan berubah warna. Ini teknologi terkini," tutur Marlison.

Desain

Uang asli dan palsu juga mudah dikenali dari segi desainnya. Marlison mengatakan uang Rp100.000 asli dan palsu mudah dibedakan cukup dengan melihat gambar bunga pada sisi depan kiri. Dapat dilihat logo BI yang ada di atas gambar bunga. 

Logo BI yang tersembunyi dapat dilihat dari sudut pandang berbeda. Untuk melihatnya, bisa dengan menggerakkan ke atas, bawah, atau samping. Bisa juga dengan membolak-balikkan uang secara perlahan.

"Teknologi itu juga menggunakan Color Shifting Ink. Jika masyarakat ingin melihat keaslian cukup melihat ini saja. Kalau dia tidak bergerak, berarti dia bukan asli. Ini adalah teknologi tertinggi yang ada di mata uang dunia yang kita gunakan yang sudah kita gunakan UPK 75," kata Marlison.

Demikianlah penjelasan perbedaan uang asli dan palsu. Sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membedakannya, yakni dengan melihat desain, benang, dan memakai teknologi ultra violet.

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI. Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.