Inflasi Inti Meningkat, Siap-siap Suku Bunga BI Naik Lagi?
Ilustrasi (Foto: Freepik)

Bagikan:

JAKARTA – Inflasi Inti diketahui mengalami kenaikan pada penutupan tahun ini menjadi 3,36 persen year on year (yoy) di Desember 2022. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan November 2022 yang sebesar 3,30 persen.

Sementara secara bulanan (month to month/mtm), inflasi inti bergerak jadi 0,22 persen atau lebih tinggi dari dari bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen yang utamanya disumbang oleh komoditas kontrak rumah. Demikian laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir awal pekan ini.

Sebagai informasi, inflasi inti merupakan salah satu komponen penting yang mendasari Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan suku bunga acuan karena mencerminkan langsung sisi permintaan (demand).

VOI mencatat, bank sentral awalnya menargetkan penurunan inflasi inti ke level 3 persen plus minus 1 persen pada paruh kedua 2023.

Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada Agustus 2022 yang lalu.

Alhasil, BI rate bertengger di angka 3,75 persen setelah sebelumnya bertahan cukup lama di level 3,50 persen saat masa awal pandemi.

Selanjutnya, Bank Indonesia mempertajam target penurunan inflasi inti 3 persen plus minus 1 persen menjadi paruh pertama 2023.

Akibatnya, otoritas moneter semakin agresif dengan menaikan BI rate sebesar 50 bps dalam tiga bulan berturut-turut menjadi 5,25 persen di November 2022.

“Bank Indonesia ingin memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen lebih awal, yaitu ke paruh pertama 2023,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu.

Pada Desember 2022, sikap agresif Bank Indonesia mulai melandai dengan hanya menaikkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen mengingat pada periode tersebut perkembangan inflasi juga semakin terkendali.

Adapun, di awal 2023 laju inflasi kembali ngegas setelah melewati momentum libur natal dan tahun baru yang membuat sisi demand masyarakat menjadi tinggi. Atas kondisi tersebut, Bank Indonesia setidaknya mempunyai dua alasan kuat untuk kembali mengerek BI rate.

Pertama, kenaikan inflasi inti, baik secara tahunan maupun bulanan. Kedua, target 3 persen plus minus 1 persen yang belum terpenuhi di paruh pertama tahun ini.