Menormalisasi Pakai Baju Lama saat Idulfitri? Bisa!
Tren fast fashion memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Membeli baju baru untuk dipakai saat Idulfitri sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Padahal, pakaian baru yang dibeli setiap menjelang Idulfitri berpotensi berujung jadi sampah.

Menjelang Hari Raya Idulfitri berbagai persiapan dilakukan. Tidak hanya kudapan untuk menyambut raya, tapi juga pakaian untuk bersilaturahmi ke rumah sanak saudara.

Tren busana Idulfitri 2024 dari Buttonscarf dalam pameran "The Kimmonia Series" di Atrium Barat Pondok Indal Mall, Jakarta, Senin (12/2/2024). (Antara/Putri Hanifa/am)

Makanya, tak heran jika membeli baju baru menjadi budaya yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia. Mall atau pusat perbelanjaan membludak dipenuhi orang yang berburu baju Lebaran. Pun dengan meningkatnya angka pembelian melalui online shop.

Padahal menurut para ulama, membeli baju baru untuk Idulfitri bukanlah sebuah keharusan. Selain itu, baju baru yang cenderung mengikuti tren berpotensi membahayakan lingkungan.

Gunakan Pakaian Terbaik

Memakai baju baru merupakan tradisi yang tak bisa dilepaskan dari perayaan Idulfitri. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menganjurkan umat muslim untuk mengenakan pakaian terbaik di dua hari raya, yaitu Idulfitri dan Iduladha.

"Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata, ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan." (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Terkait fenomena membeli baju untuk hari raya Idulfitri, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ustadz Alhafiz Kurniawan ikut berkomentar melalui tulisannya berjudul ‘Keharusan Berpakaian Baru dan Dresscode Lebaran di Hari Raya’. Ia menjelaskan sebenarnya ada banyak kemungkinan seseorang membeli baju saat Lebaran.

“Kemungkinan pertama adalah karena pakaian yang ada di rumah, kini tak lagi muat dipakai lantaran tubuh anak-anak terus bertumbuh besar sehingga wajar membeli baju baru setahun sekali,” kata Ustadz Alhafiz, dikutip laman NU online.

“Kemungkinan kedua, karena pakaian yang lama sudah pudar warnanya sehingga Idulfitri menjadi momen untuk mengganti pakaian dengan yang baru,” lanjutnya.

Suasana berbelanja di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (19/3/2024). (Antara/Lifia Mawaddah Putri)

Ustadz Alhafiz menegaskan bahwa agama Islam hanya menganjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik, bukan baju baru, apalagi seragam sekeluarga pada Hari Raya Idul Fitri.

Meski demikian, bila masyarakat memang berkeinginan memakai baju baru atau seragam di hari raya hukumnya boleh-boleh saja selama tidak memberatkan.

Hal senada juga dituturkan Kyai Fahrur A Rozi Bululawang, Ketua Tanfidziyah PBNU. Ia menegaskan tidak ada larangan untuk membeli baju untuk Idulfitri. Hanya saja ia mengingatkan agar tradisi membeli baju lebaran tidak mengganggu keuangan atau bahkan menimbulkan pertikaian hingga iri atau dengki.

"Lagi pula sepemahaman saya tradisi baju baru ini juga cuma ada di Indonesia. Intinya mau baru atau lama, tidak ada masalah yang penting hati kita kembali suci," ujar dia.

Bahaya Fast Fashion

Sudah menjadi hal lumrah sebelum membeli pakaian, biasanya memiliki model yang sedang tren, termasuk pakaian untuk Idulfitri. Supaya tidak ketinggalan zaman katanya.

Namun, masyarakat perlu tahu bagwa tren fesyen yang silih berganti menyebabkan persebaran mode-mode baru pakaian berlangsung secara cepat. Masyatakat pun belanja pakaian secara masif demi memenuhi hal yang kekinian.

Dari sektor industri pun akhirnya menawarkan produk fast fashion yang dapat menyediakan banyaknya permintaan dengan harga yang relatif murah.

Mengutip situs Waste 4 Change, fast fashion merupakan sebuah konsep di dunia fesyen yang membuat produk serta fashion style dengan cepat dapat tersedia, siap dipakai, namun cepat juga berganti.

Jumlah model yang melimpah dan harga yang mudah merupakan ciri khas lain dari fast fashion. Fenomena harga murah dengan model yang kekinian tentu membuat masyarakat semringah dan hal ini membuat pola konsumsi pada produk tersebut naik secara drastis.

Koleksi busana Idulfitri untuk keluarga dari Myzta. (Dok. Myzta)

World Cleanup Day menunjukkan data bahwa tingkat konsumsi fesyen saat ini naik 400 persen dibandingkan 20 tahun lalu. Studi lain menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pakaian akan meningkat 63 persen pada 2030 nanti.

Di satu sisi, naiknya antusiasme konsumen terhadap fashion menguntungkan pengusaha industri pakaian. Tapi siapa sangka, di balik fenomena ini ada potensi kerusakan alam serius yang bisa merusak ekosistem kehidupan.

Salah satu dampak tren fast fashion adalah penumpukan sampah limbah akibat naiknya konsumsi produk. Penumpukan limbah ini terjadi karena perusahaan memproduksi lebih banyak produk dari kebutuhan pasar.

Saat mengikuti tren fast fashion, tingkat konsumsi terhadap produk tersebut juga meningkat. Dengan selalu meng-update model baru, ini menyebabkan masyarakat membuat model lama, yang berujung di tempat sampah dan menyebabkan pencemaran tanah.

Worldcleanupday.org juga mengatakan bahwa hanya 12 persen material dasar pembuat produk fesyen tersebut yang bisa didaur ulang dan kurang dari satu persen yang bisa digunakan untuk membuat produk fesyen baru.

Tumpukan sampai pakaian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. (Waste 4 Change) 

Meski tidak dilarang dalam Islam untuk memakai baju baru saat lebaran, ada baiknya untuk berpikir ulang sebelum membeli.

Selain pencemaran tanah, industri fesyen juga berkontribusi bagi pencemaran udara. Setidaknya menurut United Nations, para industri tersebut menyumbang 10 persen dari polusi udara yang terjadi sekarang ini. Hal ini terjadi akibat pembakaran produk-produk yang tidak terjual.

Selain itu menurut PBB, industri pakaian adalah penyumbang 8 sampai 10 persen gas rumah kaca di dunia sekaligus menjadi kontributor utama pencemaran laut akibat limbah plastik.

Meski membeli baju baru tidak dilarang, namun ada baiknya umat Muslim berpikir dua kali sebelum melakukannya. Selain lebih hemat, tidak membeli baju baru ketika Idulfitri juga ternyata bisa membantu menyelamatkan lingkungan. Dan, kalaupun terpaksa membeli, mungkin sebaiknya pilih yang model timeless sehingga bisa dipakai lebih lama.

Sejatinya, Idulfitri adalah ajang untuk memperbaiki batin semaksimal mungkin, bukan berlomba-lomba dalam berpakaian.