7 Kali Ditolak Jadi TNI AD, Cerita Anak Penjual Bakso Ini Bikin 'Meleleh': Saya Modal Nekat, Doa, Insyaallah!
Juminto, ayah dari Serda Dodi Wardiono memakaikan seragam prajurit TNI AD (ANTARA/HO-TNI AD)

Bagikan:

JAKARTA - Usaha, kerja keras dan doa tak pernah berkhianat. Dengan ketekunan, apa yang menjadi mimpi pasti terealisasi. Inilah yang dialami Dodi Wardiono, dalam jatuh bangunnya ingin menjadi prajurit TNI Angkatan Darat. 

Keluarga sempat merespons pesimis mimpi Dodi ini. Karena dari cerita yang beredar di tengah masyarakat, menjadi prajurit harus menyediakan uang dalam jumlah tertentu.

Tahu apa yang dilakukan Dodi? Dia tak peduli. Mimpi harus dicapai! Bukan sekali, dua kali atau tiga kali. Tujuh kali. Ya, Dodi haru mendaftar sebanyak itu baru diterima secara resmi sebagai prajurit TNI AD.

Kini, Dodi bertugas di Dinas Penerangan TNI AD bagian videografi.

"Setiap ada pembukaan saya daftar, sampai tujuh kali totalnya saya daftar. Saya modal nekat dan niat, saya bilang sama orang tua saya biar saya coba sendiri, saya jalani sendiri cukup dengan doa, Insyaallah. Alhamdulillah, terkabul dengan doa orang tua," kata Dodi lewat keterangan resmi TNI AD, Antara, Rabu, 25 Agustus. 

Juminto, ayah Serda Dodi Wardiono yang berprofesi sebagai pedagang bakso, menyebutkan dari usia 7 tahun anaknya sudah bercita-cita jadi prajurit TNI AD.

Namun, dia mengaku tidak sanggup dengan cita-cita anaknya karena mendengar untuk menjadi prajurit memerlukan biaya yang sangat besar.

Sementara itu, Juminto hanya seorang pedagang kecil, yang awalnya menjadi pedagang bakso keliling menggunakan gerobak, kemudian cuma bisa mengontrak di rumah sederhana.

"Cerita jadi prajurit perlu biaya besar itu bohong, ternyata tidak pakai biaya," kata Juminto.