PALEMBANG - Teknologi Modifikasi Cuaca disiapkan untuk mencegah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menambahkan bahwa alat tersebut cukup efektif untuk penanggulangan karhutla .
Sutrisno, Koodinator Bidang Pelayanan Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, menyampaikan BBPT mencatat TMC pada 2020 terbukti berhasil meningkatkan volume hujan di musim kemarau hingga 60 persen dibandingkan secara alami.
“Berdasarkan data ada peningkatan 2 miliar meter kubik air pada 2021,” kata dia di Palembang , Senin 14 Juni.
Program TMC untuk Wilayah Sumatera Selatan dan Jambi
Di atas dasar itu, operasi TMC tetap dilanjutkan pada 2021 sejak Kamis (10/6) hingga 15 hari mendatang.
Kegiatan menyemai garam di awan yang berpotensi hujan ini dilakukan di udara Sumsel hingga Jambi.
setidaknya 10 ton garam sudah berada di gudang Posko Karhutla Lanud SMH untuk mendukung program TMC yang dipimpin oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini.
Menurut Sutrisno keberhasilan program TMC ini sangat berpengaruh dengan kondisi cuaca di Sumsel dan Jambi.
BACA JUGA:
Status Siaga Karhutla di Sumsel Sejak Maret 2021
Oleh karena itu, TMC dilakukan karena ini tetap hujan yang diharapkan akan terjadi hujan lahan kering.
“Kami mengejar di masa transisi ini, nanti di awal Juli diperkirakan potensi awan yang bisa disemai garam sudah sulit didapat,” kata dia.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Maret 2021 atau lebih awal dibandingkan tahun lalu untuk lebih memaksimalkan mitigasi.
Puncak musim kemarau diprediksi oleh BMKG Sumsel akan terjadi pada Agustus hingga Oktober 2021. Periode transisi diperkirakan terjadi pada bulan Juli dengan bertambahnya hari tanpa hujan.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri di VOI .