Pemerintah yang Kini Gencar-Gencarnya Mewajibkan Masyarakat Gunakan Masker
Ilustrasi masker (Image by Hank Williams from Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Penyebaraan COVID-19 kian masif setiap harinya, pemerintah pun mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker setiap kali beraktivitas di luar rumah. Imbauan ini pun seolah meralat pernyataan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang sebelumnya meminta penggunaan masker hanya dikhususkan untuk orang sakit.

Di awal-awal penyebaran COVID-19, Menkes merupakan orang yang paling lantang berbicara jika masker hanya untuk orang sakit. Salah satu alasannya yaitu keberadan masker yang langka dipasaran karena banyak masyarakat membeli masker secara berlebihan.

Namun, sekitar satu bulan berlalu atau kasus positif COVID-19 mencapai angka 2.273, imbauan penggunaan masker pun berubah. Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, meminta kepada seluruh masyarakat untuk menggunakan masker sebagai langkah pertamah memutus mata rantai penyebaran.

Hanya saja, jenis masker yang direkomendasikan bukanlah masker bedah atau pun N95. Sebab, jenis itu hanya diperuntukan bagi para tenaga medis sebagai garda terdepan dalam melawan COVID-19. Masker yang disarankan adalah masker kain yang banyak dipasaran.

"Mulai hari ini, sesuai dengan rekomendasi dari WHO, kita jalankan masker untuk semua. Semua harus menggunakan masker. Masker bedah, masker N95 hanya untuk petugas kesehatan. Gunakan masker kain, ini menjadi penting," ucap Yuri di Graha BNPB, Jakarta, Minggu, 5 April.

Juru Bicara penanganan virus corona atau COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri)  (Tangkapan Layar presscon BNPB)

Penggunaan masker kain pun harus sesuai dengan anjuran, seperti selalu dicuci usai digunakan. Kemudian, penggunaan pun tak lebih dari empat jam untuk menjaga tak ada virus yang melawati filtrasi dari masker kain.

Selanjutnya, dikatakan, saling mengingatkan untuk menggunakan masker menjadi sangat penting. Sebab, tak ada yang tahu siapa pembawa virus atau berpotensi tertular COVID-19. Penggunaan masker pun harus didukung dengan mencuci tangan usai berkativitas atau menyentuh benda-benda yang digunakan banyak orang.

"Ini upaya untuk mencegah terjadi penularan, karena kita nggak tahu kalau di luar banyak kasus yang potensi menularkan ke kita, disamping cuci tangan dengan gunakan sabun," kata Yuri.

Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr. Syahrizal Syarief menyebut, alasan perubahan imbauan dari pemerintah untuk menggunakan masker disetiap beraktivitas karena banyak di masyarakat yang berpotensi sebagai pembawa virus.

Mereka yang berpotensi adalah orang-orang yang memiliki imunitas atau daya tahan tubuh kuat. Namun, mereka tidak menderita gejala-gelaja terserang COVID-19.

"Karena saat ini kalau kita keluar rumah- tidak jelas siapa yang sakit dan bisa jadi penular," kata Syahrizal.

Mereka yang membawa virus ini disebut juga sebagai kasus asymtomatic. Pada kasus itu, merupakan cara penyebaran COVID-19 yang sulit terdeteksi. Berdasarkan data, sekitar 20 sampai 50 persen terjadi pada anak muda. Sehingga, untuk mecegah penularan sangat penting menggunakan masker.

"Orang positif COVID-19 tanpa gejala, sekitar 20 sampai 50 persen terjadi di usia muda," tegas Syahrizal.

Diberitakan sebelumnya, masker kain memiliki kekurangan dan kelebihan dalam menangkal penyebaran virus. Dokter spesialis paru RS Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Erlina Burhan mengatakan, kekuramgam masker kain adalah tidak bisa menahan partikel yang berukuran kecil, termasuk virus corona.

"Masker kain ini tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel dan ini tidak disarakan dengan tenaga medis. Dengan pertimbangan bahwa 40 sampai 90 persen partikel dapat menembus masker," ucap Erlina 

Berdasarkan penelitian, masker kain hanya bisa memfiltrasi penularan dengan cara droplets, tapi tidak untuk aerosol atau airborne. Alasanya karena masker kain memiliki kebocoran ruang atau tak sepenuhnya menutupi. Bahkan, seseorang yang menggunakannya masih bisa membaui atau merasakan, zat, wangi atau bau sesuatu di sekitarnya.

"Jadi efektifitas filtrasinya adalah pada partikel ukuran tiga mikron itu bisa 10 sampai 60 persen partikel tersebut bisa dicegah. Dan tentu saja karena masker kain ini ada kebocoran," ungkap Erlina.

Namun, kata dia, ada kelebihan dari penggunaan masker kain, yaitu bisa dicuci berulang kali. Pencucian masker kain ini disarankan menggunakan deterjen dan air hangat karena dapat membunuh virus-virus yang menempel. Penggunaan masker kain dianjurkan menjadi pilihan terakhir. Sebab, tingkat filtrasinya sangat jauh jika dibandingkan dengan masker bedah.

"Penggunaan masker bedah ternyata lebih efektif 3 kali lipat dibandingkan masker kain atau masker buatan rumah. Jadi sekali lagi, ini menyokong bahwa masker bedah ini untuk petugas kesehatan atau orang sakit dan kalau masa masker kain itu menjadikan menjadi pilihan terakhir bila tidak ada lagi masker," tandas Erlina.