Hari Raya Nyepi, Saat Bali Berani Berhenti
Ilustrasi (Detha Arya Tifada/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Ku telah terlampau lelah. Berilah aku waktu sesaat. Tuk membasuh luka tuk membasuh jiwa agar suci lagi. Oo meski hanya sehari

Kalimat di atas adalah penggalan lirik Navicula dari lagu Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti dan Menyepi. Lagu ini mengangkat tema Hari Raya Nyepi. Dibuat oleh sang vokalis, Gede Robi sebagai hadiah untuk Bali di hari raya yang berlangsung setahun sekali ini. 

Hari ini, Rabu, 25 Maret, perayaan Nyepi Tahun Saka 1942. Lagu tadi jadi pengingat lagi.

Hari Raya Nyepi merupakan perayaan umat Hindu. Pada hari ini, mereka melakukan ritual menghabiskan waktu di rumah untuk melakukan penyepian, yang menurut catur brata penyepian (empat puasa) berarti mati geni (tidak boleh menyalahkan api), mati karya (tidak boleh bekerja), mati lelungan (tidak boleh berpergian), dan mati lelanguan (tidak melaksanakan kegiatan).

Bali merupakan daerah yang memiliki mayoritas pemeluk agama Hindu. Saat Nyepi, provinsi ini tak melakukan aktivitas. Fasilitas umum, seperti bandara, terminal, pelabuhan, jalanan dan tempat wisata, ditutup selama 24 jam. Bagi yang berkeliaran di jalan akan ada sanksi adat.

Nyoman S. Pendit menulis dalam bukunya berjudul Nyepi: Kebangkitan, Toleransi, dan Kerukunan (2001), mengagungkan Hari Raya Nyepi merupakan kebutuhan mutlak untuk meningkatkan spiritualitas pribadi masing-masing umat Hindu Bali.

“Umat hindu meyakinkan dirinya bahwa kebaktian yang diberikan pribadi-pribadi untuk kepentingan agama sangat didambakan, walaupun kebaktian tersebut tidak dapat diukur dengan nilai tukar apapun yang bersifat kebendaan dan hanya bisa diukur dengan kepuasaan batin,” tulis Nyoman.

Hari Raya Nyepi memiliki dampak yang baik untuk lingkungan. Pemuka Agama Hindu di Bali I Made Sember mengatakan, Nyepi dapat memurnikan alam.

"Nyepi sangatlah baik buat alam dan isinya. Karena dalam setahun sekali alam dapat istirahat dari penatnya kesibukan manusia yang memiliki inti yaitu memurnikan alam," ucapnya kepada VOI beberapa waktu lalu.

Sementara itu, pengiat lingkungan WALHI Anton P Widjaya menganggap, Nyepi adalah jeda untuk memberikan kesempatan kepada alam dan lingkungan bernafas dan memulihkan diri.

“Penghormatan kepada umat Hindu dalam merayakan Hari Nyepi bukan sekedar toleransi perayaan hari sakral berdasarkan agama & keyakinan saja, tetapi lebih dalam adalah penghormatan terhadap seluruh ritual & prosesi panjangnya yang memberi dampak bagi perbaikan kondisi lingkungan hidup,” tutur Anton kepada VOI

Anton menambahkan, selama Nyepi tak ada penggunaan energi kotor dan tidak ada polusi. "Lebih dalam adalah akulturasi keyakinan & kultur ini melahirkan cara pandang dan cara memperlakukan alam semesta yang setara, sehingga fungsi-fungsi keberlanjutannya menjadi optimal dalam melayani dan mennyelamatkan kehidupan umat manusia yang ada di dalamnya," tutur dia.