PBB Sebut Serangan Israel ke Rafah Bisa Menjadi Pembantaian Warga Sipil
Operasi darat militer Israel di Gaza. (Sumber: Israel Defense Forces)

Bagikan:

JAKARTA - Kantor Kemanusiaan PBB pada Hari Jumat mengatakan, serangan Israel di Rafah akan membahayakan nyawa ratusan ribu warga Gaza dan menjadi pukulan besar bagi operasi bantuan di seluruh wilayah kantong tersebut, ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan rencana darurat untuk serangan tersebut.

"Ini bisa menjadi pembantaian warga sipil dan pukulan luar biasa terhadap operasi kemanusiaan di seluruh wilayah tersebut karena operasi tersebut terutama dilakukan di Rafah," kata juru bicara Kantor Kemanusiaan PBB (OCHA) Jens Laerke, pada konferensi pers di Jenewa, melansir Reuters 3 Mei.

Israel diketahui telah berulang kali memperingatkan akan adanya operasi terhadap Hamas di Kota Rafah, selatan Gaza, tempat sekitar satu juta pengungsi berkumpul, setelah melarikan diri dari pemboman Israel selama berbulan-bulan yang dipicu oleh serangan mematikan lintas perbatasan yang dilakukan militan Palestina pada 7 Oktober.

Israel mengatakan pihaknya akan berupaya memastikan evakuasi warga sipil yang aman dari Rafah.

Laerke mengatakan, operasi bantuan di Rafah mencakup klinik medis, gudang yang berisi pasokan kemanusiaan, titik distribusi makanan dan 50 pusat untuk anak-anak yang menderita kekurangan gizi akut.

OCHA akan melakukan segala kemungkinan untuk memastikan operasi bantuan terus berlanjut, bahkan jika terjadi serangan, dan sedang mempelajari cara untuk melakukan hal tersebut, tambahnya.

operasi militer israel di gaza
Operasi darat militer Israel di Gaza. (Sumber: Israel Defense Forces)

Sementara itu, seorang pejabat WHO mengatakan pada pengarahan yang sama, rencana darurat untuk Rafah telah disiapkan, termasuk rumah sakit lapangan baru, namun mengatakan hal itu tidak akan cukup untuk mencegah peningkatan besar dalam jumlah korban tewas.

"Saya benar-benar ingin mengatakan bahwa rencana darurat ini hanya sekedar bantuan belaka," kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah pendudukan Palestina melalui tautan video.

"Ini sama sekali tidak akan mencegah tambahan angka kematian dan kesakitan yang diperkirakan disebabkan oleh operasi militer," tandasnya.

Persiapan lainnya termasuk penempatan pasokan medis di rumah sakit di utara jika tiga rumah sakit di Rafah tidak berfungsi, seperti yang telah terjadi berulang kali dalam konflik tujuh bulan akibat serangan dan pemboman Israel.

Data WHO menunjukkan, hanya sepertiga dari 36 rumah sakit sebelum perang di wilayah tersebut yang masih beroperasi sebagian. Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer dan mengatakan operasinya terhadap rumah sakit tersebut dibenarkan oleh kehadiran pejuang. Hamas dan staf medis membantah tuduhan tersebut.

Peeperkorn menambahkan, dia "sangat khawatir" serangan apa pun akan menutup penyeberangan Rafah antara Gaza dan Mesir yang saat ini digunakan untuk mengimpor pasokan medis.

"Kami mendorong dan melobi agar, apapun yang terjadi, agar tetap terbuka," tambahnya.

Terpisah, Kementerian Kesehatan di Gaza pada Hari Jumat mengumumkan, jumlah korban tewas warga Palestina sejak konflik Gaza pecah Oktober lalu telah 34.622 jiwa dan korban luka-luka 77.867 orang, dikutip dari WAFA.

Sementara itu, ambulans dan tim penyelamat masih belum dapat menjangkau banyak korban dan mayat yang terperangkap di bawah reruntuhan atau tersebar di jalan-jalan di daerah kantong yang dilanda perang tersebut, karena pasukan Israel terus menghalangi pergerakan ambulans dan tim pertahanan sipil.