Dokter Hasto: Pendidikan Seks di Usia Dini Cegah Kanker Mulut Rahim dan Payudara
Kepala BKKBN / IStimewa

Bagikan:

DENPASAR - Pendidikan seks di usia dini kerap dinilai tabu dibicarakan orangtua kepada anak sebelum mereka dewasa. Padahal, pengenalan seksualitas pada anak diawali dengan mengenalkan organ reproduksi, bukan sekedar hubungan antara pria dan wanita.

Hal itu dikemukakan Kepala BKKBN, Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K), Rabu, 21 Februari, pada Pertemuan Nasional Tim Kerja Bidang KBKR dalam rangka Penyelarasan Program dan Kegiatan KBKR.

Pertemuan nasional dengan "Wujudkan Akselerasi Pencapaian Indikator Program Bangga Kencana Dalam Rangka Memenuhi Target RPJMN 2020-2024", diselenggarakan selama 3 hari.

Menurut Hasto, pendidikan seks yang diberikan di usia dini dapat mencegah terjadinya kanker mulut rahim, kanker payudara, dan sebagainya. "Ini bisa dicegah dengan mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi," ujarnya.

Masyarakat sering keliru akan pengertian pendidikan reproduksi dan seksualitas bagi calon pengantin. "Penting dipahami bersama bahwa pendidikan seksualitas bukan cara berhubungan seks semata, melainkan membekali pengetahuan akan kesehatan reproduksi untuk mencegah masalah seksualitas tidak terjadi," imbuh Hasto.

• Hasil kinerja

Pada bagian lain, Hasto menyampaikan sejumlah data terkait capaian BKKBN di 2023.

Capaian itu di antaranya penurunan unmet need KB dari 14,7% pada tahun 2022 menjadi 11,5% di tahun 2023; peningkatan mCPR dari 59,4% menjadi 60,4%.

Berikutnya, peningkatan PA MKJP dari 22,2% menjadi 23,6%; penurunan angka putus pakai pemakaiaan kontrasepsi dari 21,6% menjadi 20,3%; serta penurunan ASFR 15-19 tahun dari 22,8 kelahiran menjadi 19,7 kelahiran.

"Profil tahun 2022 ini, kita diselamatkan oleh adanya momentum-momentum seperti pelayanan KB sejuta akseptor, World Contraception Day (WCD), pelayanan KB dalam rangka Hari Ibu," terang dokter Hasto.

Mencermati capaian program, Hasto mengatakan bahwa kegiatan pelayanan KB dengan memanfaatkan momentum ternyata meningkatkan kepesertaan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sekitar 10,05%. "Jadi, ayolah KB momentumnya lebih kepada MKJP, ya," kata Hasto.

Hasto menyebut pentingnya KB. Karena KB bukan semata-mata alat kontrasepsi. KB memiliki banyak program, seperti bagaimana persiapan nikah, bagaimana saat hamil, bagaimana mengatur jarak kehamilan, bagaimana membangun keluarga. "Selain itu, KB juga mampu mencegah stunting," jelasnya.

Terkait KB MKJP, dokter Hasto menyebut bahwa metode KB ini lebih baik karena kegagalannya lebih rendah. Sedangkan metode alami dan metode jangka pendek tingkat kegagalannya tinggi.

"Contohnya, kondom yang gampang bocor atau pil KB yang kebanyakan gagalnya, karena lupa minum, dan bisa hamil, apalagi tanpa kontrasepsi yang kemungkinan hamilnya paling tinggi," sebut Kepala BKKBN ini.