Balas Kritikan Presiden Erdogan, PM Netanyahu Singgung Genosida Kurdi dan Pemenjaraan Jurnalis
PM Israel Benjamin Netanyahu. (Wikimedia Commons: IDF Spokesperson's Unit)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Presiden Recep Tayyip Erdogan harus menjadi orang yang terakhir menguliahi negaranya, menyinggung genosida terhadap warga Kurdi dan pemenjaraan jurnalis, sebagai tanggapan atas komentar Pemimpin Turki.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut tindakan PM Israel Benjamin Netanyahu tidak berbeda dengan apa yang dilakukan Pemimpin Nazi Adolf Hitler, menyamakan serangan Israel di Gaza dengan perlakuan Nazi terhadap orang-orang Yahudi.

"(Presiden) Erdogan, yang melakukan genosida terhadap suku Kurdi, yang memegang rekor dunia karena memenjarakan jurnalis yang menentang pemerintahannya," kata PM Netanyahu dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 27 Desember.

"(Ia) Adalah orang terakhir yang dapat mengajarkan moralitas kepada kami," sambungnya.

"IDF adalah tentara paling bermoral di dunia, yang memerangi dan melenyapkan organisasi paling keji dan brutal di dunia, Hamas, yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan Erdogan memujinya serta menjadi tuan rumah bagi para pejabat seniornya," kritik PM Netanyahu, dikutip dari The Guardian.

Sedangkan Presiden Israel Isaac Herzog dalam unggahannya di media sosial X mengecam komentar Presiden Erodgan dan menggambarkannya sangat ofensif terhadap orang-orang Yahudi.

"Saya mengutuk keras dan menolak sama sekali perkataan Presiden Turki Erdogan. Sepanjang sejarah umat manusia, Holocaust berdiri sendiri dalam kengerian dan kehebatannya, dan kata-katanya sangat menyinggung setiap orang Yahudi di seluruh dunia, dan juga kenangan jutaan orang Yahudi yang tewas di tangan Nazi," tulisnya.

Presiden Erdogan diketahui mengkritik keras Israel terkait tindakan mereka di Palestina, memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan menyerukan solusi dua negara terkait konflik yang sedang berlangsung. Turki sendiri berada di ambang normalisasi hubungan dengan Turki, sebelum konflik baru pecah di Gaza seiring penyerangan 7 Oktober di selatan Israel.

Terlepas dari kritiknya terhadap Israel, Turki tetap mempertahankan hubungan komersial, sehingga mendapat reaksi keras dari partai oposisi dan Iran.