Temui Presiden Mahmoud Abbas, Menlu AS Blinken Kutuk Kekerasan Terhadap Warga Sipil Palestina di Tepi Barat
Menlu AS Antony Blinken saat bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. (Twitter/@SecBlinken)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengutuk kekerasan terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat, serta membahas peningkatan bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza saat bertemu Presiden Mahmoud Abbas di Ramallah Hari Kamis.

Ini adalah kali ketiga Menlu Blinken mengunjungi Timur Tengah, sejak perang Hamas-Israel terbaru pecah pada 7 Oktober. Sebelum bertemu Presiden Abbas, Menlu Blinken berturut-turut menemui Presiden Israel Isaac Herzog dan PM Israel Benjamin Netanyahu terlebih dahulu.

"Menteri Luar Negeri Antony J. Blinken hari ini bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah," menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, melansir Anadolu 1 Desember.

"Menteri Blinken membahas upaya yang sedang berlangsung untuk mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk melalui memaksimalkan jeda kemanusiaan," sambung Miller.

Lebih jauh Miller mengatakan, Menlu Blinken dan Presiden Abbas juga berbicara tentang "kebutuhan mendesak akan langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan dan kebebasan bagi warga Palestina di Tepi Barat".

"Menlu Blinken mengutuk kekerasan ekstremis terhadap warga sipil Palestina di Tepi Barat dan mengatakan akan terus menuntut pertanggungjawaban penuh bagi mereka yang bertanggung jawab," ungkap Miller.

Ditambahkan olehnya, Menlu Blinken "menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk memajukan langkah-langkah nyata bagi negara Palestina."

Sementara, mengutip The Times of Israel dari kantor berita resmi Wafa, Presiden Abbas menekankan perlunya mencapai gencatan senjata permanen di Gaza, menghindarkan warga sipil dari pemboman dan meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Presiden Abbas juga dilaporkan menyerahkan kepada Menlu Blinken sebuah "file komprehensif yang mendokumentasikan kejahatan pendudukan Israel di Gaza, dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem."