KLHK: Karhutla Sumsel Terluas di Pulau Sumatera
DOK/Kabut asap karhutla menyelimuti landasan terbang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sumatera Selatan. (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)

Bagikan:

JAKARTA - Jumlah sebaran kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan tahun ini menjadi yang terluas dibandingkan daerah lain di Pulau SumatEra, menurut data dihimpun tim lapangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera KLHK Ferdian Krisnanto mengatakan sejak Januari sampai dengan September 2023 total luas hutan dan lahan yang terbakar di Sumsel 32.496 hektare.

“Itu jumlah sebaran karhutla yang didapatkan di lapangan hingga September, (bisa lebih) karena untuk Oktober masih dalam verifikasi,” kata dia dilansir ANTARA, Rabu, 1 November.

Berdasarkan data KLHK, jumlah luas lahan yang terbakar di Sumsel jauh lebih luas dibandingkan dengan daerah lain.

Dalam periode yang sama, KLHK mencatat jumlah karhutla di Aceh seluas 1.912 hektare, Bangka Belitung (2.048), Bengkulu (25,61), Jambi (1.646), Lampung (5.000), Sumatera Utara (2.113), Sumatera Barat (1.300), dan Riau (5.302). 

Areal terbakar di Sumsel, meliputi kawasan hutan, lahan mineral, dan gambut yang hampir tersebar di 17 kabupaten dan kota di provinsi itu.

Titik api kebakaran terbanyak di Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, dan Muara Enim.

“Saat ini (di Sumsel) Tim Manggala Agni masih melangsungkan pemadaman ada kebakaran di beberapa lokasi di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir,” kata dia.

Atas kondisi tersebut, Balai PPIKHL telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pusat dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk segera meningkatkan upaya pembasahan lahan terbakar dan penambahan jumlah personel pemadaman di lapangan.

Jika tidak, ia mengkhawatirkan, karhutla terus meluas dan dampaknya berimplikasi pada penurunan kesehatan masyarakat karena menghirup udara bercampur asap tebal karhutla setiap hari dan mengganggu aktivitas ekonomi.

“Indikatornya (Indeks Standar Pencemaran Udara) dinamis sekali mulai dari sangat tidak sehat dan berbahaya di Kota Palembang,” kata dia.